
Fakultas Kedokteran Hewan UGM mengirim sebanyak 350 petugas pemeriksa hewan kurban yang akan bertugas memeriksa kesehatan hewan kurban dan kualitas daging hewan kurban pasca penyembelihan. Mereka akan ditempatkan di seluruh area DIY. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Dr. drh. Siti Istrina Oktavia Salasia, mengatakan para mahasiswa yang ia sebut sebagai “polisi veteriner” ini selain memeriksa kesehatan hewan kurban juga menjamin daging hewan ternak betul-betul layak dikonsumsi. “Polisi veteriner ini tidak hanya memeriksa hewan kurban, namun memberikan jaminan kesehatan daging hewan ternak agar layak dikonsumsi oleh masyarakat DIY,” kata Istrina kepada wartawan, Senin (5/8), di Kampus FKH UGM.
Para mahasiswa yang ikut kegiatan pemeriksaan hewan kurban, kata Isrina, diharuskan memperhatikan perlakuan warga masyarakat terhadap hewan kurban sesuai denga standar animal welfare atau kesejahteraan hewan. Hewan tidak diperlakukan semena-mena selama pemeliharaan dan di saat menjelang proses pemotongan. “Kesejahteraan hewan harus dipastikan ketika sebelum disembelih agar hewan memiliki rasa tenteram, aman, tidak stres dan ia merasa nyaman,” ujarnya.
Selain itu, mahasiswa juga akan mengawasi asal muasal hewan, sebab menurutnya ada juga hewan yang berasal dari sekitar tempat pembuangan sampah akhir sehingga daging hewan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. “Tidak boleh hewan ruminansia tapi makannya sampah, peran kita sebagai calon dokter hewan untuk mengawasinya,” katanya.
Ketua pengiriman petugas pemeriksaan hewan kurban, Heru Susetya, M.P., Ph.D., mengatakan sebanyak 350 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa S1, mahasiswa vokasi dan profesi terlibat dalam kegiatan ini. “Kita bekerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk penempatan petugas pemeriksa hewan kurban ini,” katanya.
Salah satu tujuan dari kegiatan pemeriksaan hewan kurban ini untuk menjamin daging hewan kurban aman, sehat, utuh dan higienes (ASUH) serta layak dikonsumsi. “Kita ingin membantu masyarakat agar dagingnya yang ASUH, terjamin mulai dari sumbernya, proses penyembelihannya sampai ke tangan konsumen,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir. Sasongko, M.Si., mengapresiasi FKH UGM yang telah membantu pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan ternak berkaitan diselenggarakannya proses penyembelihan hewan kurban.
Keberadaan petugas ini, menurut Sasongko, bisa meluruskan kesimpangsiuran informasi soal infeksi cacing hati dan kasus anthrax di DIY. “Saya rasa di Jogja banyak memang kena cacing hati, seolah sapinya tidak sehat tapi dagingnya tetap aman dikonsumsi. Lalu, muncul adanya kasus penyakit anthrax seolah ini dianggap penyakit menakutkan,” katanya.
Menurutnya, para mahasiswa ini bisa melakukan pemeriksaaan dan pengawasan di daerah penampungan hewan kurban sehingga diketahui asal muasal hewan tersebut.”Kita tidak tahu hewannya dari mana apakah sehat dan sebagainya,” katanya.
Ia menyebutkan setiap perayaan lebaran Idul Adha jumlah sapi yang dipotong di DIY mencapai lebih dari 20 ribu ekor, begitupun dengan kambing dan domba yang masing-masing mencapai 30-an ribu ekor. (Humas UGM/Gusti Grehenson)