Fakultas Peternakan (Fapet) UGM kembali berduka. Salah seorang guru besarnya, Prof. Dr. Soeharto Prawirokusumo, M.Sc., telah berpulang pada Jumat (2/8) sekitar pukul 18.45 WIB. Penghormatan terakhir diberikan oleh UGM pada Sabtu (3/8) siang di Balairung UGM sebelum mendiang dimakamkan di Pemakaman Keluarga Plumbon, Banguntapan, Bantul.
Semasa hidupnya, Prof. Soeharto telah mengabdikan dirinya pada ilmu peternakan, khususnya di UGM. Mendiang merupakan lulusan sarjana Fapet tahun 1965, yang kala itu namanya masih Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) UGM. Selepas itu, ia menjadi dosen di fakutas tersebut hingga akhirnya purna tugas pada 1 Desember 2004.
Walaupun menjadi dosen setelah lulus sarjana, mendiang tetap melanjutkan pendidikannya. Almarhum mendapat gelar master dan doktor pada 1975 dan 1977 di University of Illinois, Amerika Serikat. Ia juga rajin melakukan berbagai penelitian selama masa tersebut. Hal itu yang membuatnya ditunjuk untuk mengemban jabatan penting di FKHP, termasuk menjadi Dekan selama dua periode yakni 1982-1985 dan 1985-1987.
Atas sumbangan ilmunya tersebut, mendiang akhirnya diangkat menjadi guru besar pada 8 Februari 1986. Pidato pengukuhannya yang berjudul “Pakan, Ternak, Pangan, dan Manusia : Peranan dan Keterkaitannya” memberi pandangan tentang pentingnya peran peternakan dalam kehidupan manusia.
“Beliau menyampaikan bahwa untuk membentuk manusia yang produktif, berkualitas, dan utuh diperlukan dietary protein dalam jumah yang cukup tinggi. Hal itu dibutuhkan untuk mendukung bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju,” ujar Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., pada sambutannya dalam Upacara Penghormatan Terakhir.
Menurut Panut, sosok Prof. Soeharto memberi teladan dalam mengembangkan suatu ilmu agar benar-benar bermanfaat diperlukan kerja sama dengan bidang ilmu lain. “Seperti yang dicontohkan mendiang, untuk meningkatkan produksi ternak berkualitas perlu dukungan pakan dari hasil produksi pertanian, kemampuan manajemen, serta dukungan teknologi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Panut berpesan agar sivitas akademia UGM menjadikan sosok mendiang sebagai panutan sebagai seorang akademisi dalam mendidik, meneliti serta mengabdi kepada masyarakat.
Terakhir, Panut, mewakili seluruh keluarga besar UGM, menyampaikan turut berbela sungkawa kepada keluarga mendiang Prof. Soeharto. “Kami kehilangan sosok guru, rekan, serta putra terbaik UGM yang telah mendahului. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran, dan kita semua, keluarga besar UGM, dapat meneruskan perjuangan dan mewarisi semangat mendiang. Selamat jalan Prof. Soeharto,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)