Fakultas Filsafat UGM menyelenggarakan Workshop bagi dosen-dosen pengampu Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) pada Senin (5/8) di Hotel Grand Dafam, Yogyakarta. Acara ini merupakan salah satu agenda rutin yang diselenggarakan Fakultas Filsafat guna menyambut semester baru. Pembicara yang dihadirkan workshop kali ini adalah Dr. H.C. Ary Ginanjar Agustian, ESQ Leadership Centre.
“Workshop ini diselenggarakan sebagai bentuk evaluasi sekaligus perbaikan dan pengembangan dalam melaksanakan MKWU. Hal itu baik dari segi materi maupun metode pembelajaran,” ujar Dr. Arqom Kuswanjono, selaku Dekan Filsafat.
Lebih lanjut Arqom menyatakan bahwa penyelenggaraan workshop ini terbilang penting mengingat posisi MKWU sebagai pembentuk karakter mahasiswa UGM. Hal itu karena keempat mata kuliah dari MKWU mengajarkan karakter dasar yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Keempat mata kuliah tersebut, yakni Pancasila, Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia.
“Fakultas Filsafat diberi mandat untuk menyelenggarakan MKWU oleh UGM. Oleh karena itu, kami perlu melakukan perbaikan terus-menerus agar nilai-nilai yang dibawa dalam mata kuliah ini semakin bisa diserap oleh mahasiswa,” ungkapnya.
Selain para dosen pengampu MKWU, hadir pula dalam acara ini beberapa perwakilan dari Dewan Guru Besar serta dosen-dosen tamu bidang agama dari universitas lain. Arqom menyebut kehadiran para guru besar dalam workshop ini sekaligus menjadi undangan bagi mereka untuk mengisi salah satu mata kuliah MKWU.
Ada tiga skema yang disiapkan untuk para guru besar ini. Pertama, mereka bisa mengampu keseluruhan pelaksanaan kuliah selama satu semester. Kedua, mereka bergabung dalam tim pengajar, sehingga mereka tidak perlu hadir penuh selama pelaksanaan kuliah. Atau terakhir, mereka bisa mampir sekali atau dua kali dalam satu semester perkuliahan.
“Kehadiran para guru besar ini bisa memberi inspirasi bagi mahasiswa bahwa menjadi akademisi tidak hanya untuk mengembangkan keilmuan saja. Namun, hal itu juga bisa menjaga nasionalisme dan ke-Pancasila-an,” paparnya.
Selain itu, workshop ini juga membahas mengenai agenda akhir semester dari MKWU, yakni studium generale, yang wajib dihadiri oleh para peserta didik. Melalui Studium Generale ini, menurut Arqom, konsep-konsep yang didapat selama perkuliahan MKWU menjadi lebih riil karena dihadapkan langsung dengan permasalahan nyata yang terjadi di lingkungannya. “Seperti pelaksanaan sebelumnya yang membahas tentang jati diri bangsa dan radikalisme, untuk ke depannya tema-tema nyata akan dihadirkan sebagai pembelajaran bagi mahasiswa,” ujarnya.
Arqom menyampaikan rencana berdirinya Pusat Pengembangan Kepribadian UGM. Ia menyatakan pusat tersebut nantinya akan menjadi inisiator pembangunan kepribadian untuk seluruh UGM, dengan jalinan PPSMB, MKWU, serta KKN sebagai media utamanya. Selain itu, pusat ini juga nantinya akan secara rutin melakukan pelatihan dan mengkaji isu-isu nasional kebangsaan yang hasilnya akan dipublikasikan.
“Sasaran utamanya nanti adalah internal UGM terlebih dahulu. Jika sudah berhasil di tingkat internal, baru kita akan merambah ke eksternal UGM. Dengan demikian, hal itu akan membuat UGM memberi kontribusi nyata bagi Indonesia dalam gerakan nasional pengembangan karakter bangsa,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)