Hendaknya perlu dihindari pemberantasan (eradication) gulma secara total. Gulma seharusnya dikelola secara benar, hanya saja jenis-jenis gulma yang berbahaya dan betul-betul merugikan (noxious weed) yang dibunuh, sedang jenis-jenis yang berperan positif (penyubur tanah, inang, predator atau parasitoid hama) sebaiknya dilestarikan.
Demikian pernyataan Prof. Dr. Ir. A. Toekidjan Soejono saat menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, hari Senin (5/6) di ruang Balai Senat UGM.
“Jenis-jenis gulma lunak (solf weed) justru diperlukan peranannya dalam relung multidimensional, pengaruhnya terhadap pH, suhu, lengas, dan struktur tanah mungkin justru menguntungkan tanaman budidayaâ€, ujar Toekidjan Soejono.
Dalam Pidato berjudul “Gulma Dalam Agroekosistem: Peranan, Masalah dan Pengelolaannyaâ€, dikatakan Soejono bahwa sesungguhnya pengaruh langsung herbisida terhadap manusia terjadi sejak proses pembuatan di pabrik yaitu terhadap pekerja dalam pengangkutan, penyimpanan sampai aplikasi di lapangan. Bahkan melalui pencemaran hasil pertanian, air dan udara. “Di Indonesia dari data yang terkumpul, kecelakaan terjadi karena kesalahan dalam aplikasi insektisida, hanya sedikit sekali yang disebabkan herbisida. Dalam upaya pengamanan terhadap penggunaan pestisida (herbisida) diperlukan informasi tentang toksisitas herbisida terhadap manusia, juga pengaruhnya terhadap binatang piaraan dan organisme yang bermanfaatâ€, lanjut suami Susana Karsiyem bapak 3 anak ini.
Menurutnya, dampak negatif penggunaan herbisida yang lain adalah timbulnya resistensi (katahanan) gulma sasaran. Resistensi gulma terjadi bila respon gulma terhadap perlakuan herbisida menurun karena pengaruh perlakuan sebelumnya. Untuk membunuh jenis gulma resisten ini diperlukan dosis herbisida yang lebih tinggi, tetapi berakibat biaya bertambah mahal dan resiko pencemaran yang lebih tinggi. “Penggunaan herbisida non selektif yang dapat membunuh semua jenis tumbuhan sebaiknya dihindarkan, karena jenis-jenis gulma yang berperanan sebagai inang musuh alami hama terbunuh demikian pula jenis-jenis tumbuhan liar yang belum diketahui manfaatnya ikut terbunuh. Dengan demikian sumberdaya genetik yang sebenarnya sangat diperlukan menjadi hilangâ€, tandas laki-laki kelahiran Yogyakarta 26 Februari 1941 (Humas UGM