
Mahasiswa UGM melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) di lokasi Unit Pemukiman Transmigrasi yang berada Nagari Padang Tarok, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Selama di lokasi KKN mahasiswa melakukan kegiatan pemetaan wilayah dan identifikasi kebutuhan masyarakat
Kehadiran mahasiswa KKN UGM di lokasi transmigran disambut dengan antusias oleh warga transmigran dan mampu meningkatkan semangat serta motivasi mereka untuk meningkatkan ekonomi di tengah keterbatasan. Selama kurang lebih 1 minggu berada di lokasi transmigrasi, mahasiswa KKN UGM melakukan beberapa kegiatan diantaranya pemetaan wilayah dan potensi yang ada di lokasi transmigrasi dengan menggunakan peralatan drone, pembuatan penerangan jalan, meninjau sarana pendidikan dasar, pemeriksaan kesehatan gratis, pembuatan kebun toga dan demo plot tanaman hortikultura. “Kita juga membangun sarana penjernihan air dan pencarian potensi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi warga transmigran,” kata Faizal Fahmi, salah satu mahasiswa KKN dalam rilis yang dikirim ke wartawan, Senin (19/8).
Menurut Fahmi, berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan mahasiswa, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dari pemerintah diantaranya perbaikan infrastruktur prasarana dasar, seperti akses jalan, percepatan pemasangan jaringan listrik, dan pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu, kata Fahmi, warga juga berharap agar pemerintah daerah dan instansi terkait memberikan bantuan bibit komoditas unggulan antara lain bibit tanaman kakao, bibit sereh wangi, dan bibit tanaman nangka, durian, jengkol, petai, kakao, kopi dan sebagainya. “Perbaikan akses jalan dan masuknya listrik di wilayah tersebut akan dapat mempermudah untuk masuknya kebutuhan sembako bagi warga dan juga mempermudah pemasaran hasil produksi pertanian dan perkebunan yang selama ini banyak membusuk karena sulitnya dijual ke pasar,” katanya.
Fahmi bercerita, lokasi transmigrasi ini berada 13 km dari pusat Nagari Padang Tarok, namun akses menuju lokasi transmigrasi ini cukup sulit dijangkau karena jalan menuju lokasi tersebut adalah jalan yang dibangun perusahaan kayu sehingga masih berupa jalan tanah. Selain itu, beberapa tempat kondisinya masih rusak parah dan hanya dapat dilewati dengan mobil double gardan. Pada hari hujan atau setelah hujan, kondisi jalan yang rusak parah membuat jalan tidak dapat diakses sama sekali. Jalan tanah yang ditambah air hujan membuat kondisi tanah berlumpur dapat membuat kendaraan terjebak, kedalaman lumpur bisa mencapai 0,5 – 1 meter. Sedangkan pada kondisi kering, jalanan tanah akan sangat berdebu sehingga cukup mengganggu penglihatan dan sangat mengganggu pernafasan. “Kondisi ini membuat masyarakat merasa terisolir dari nagari terdekat,” katanya.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN PPM, Teguh Yuwono, mengatakan permasalahan lain yang dirasakan masyarakat transmigran khususnya yang baru datang di tahun 2018 adalah belum siapnya lahan garapan seluas 1,25 ha yang dijanjikan oleh pemerintah. Kondisi lahan tersebut masih berupa hutan dan belum siap dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan kebun. Menurutnya, berdasarkan informasi dari warga terhambatnya pembagian lahan usaha adalah karena petugas pengukuran yang sedikit dan hanya dilaksanakan pengukuran 2 kali dalam sebulan. “Kendala tersebut juga diakibatkan karena terbatasnya kendaraan yang siap untuk mengantar dan menjemput tim dari badan pertanahan,” katanya.
Sebagai informasi, di lokasi transmigrasi ini terdapat 200 KK transmigran yang terbagi dalam 3 Blok, yaitu Blok A, Blok B, dan Blok C. Sebagian dari transmigran tersebut berasal dari Provinsi Jawa Tengah, DIY dan sebagian lain merupakan transmigran lokal dari Provinsi Sumatera Barat. Meskipun penempatan warga transmigran sudah dimulai sejak tahun 2016, dan bahkan sudah dikunjungi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di tahun 2018, namun masih banyak sarana dan prasarana dasar yang masih membutuhkan perhatian. (Humas UGM/Gusti Grehenson)