
Dunia sudah berubah dan tantangan zaman begitu kompleks. Di dunia telah terjadi disrupsi yang sangat banyak dan bermacam-macam.
Oleh karena itu, lulusan UGM dituntut untuk tidak biasa-biasa saja. Lulusan UGM diharapkan hadir di tengah masyarakat dengan kerja yang luar biasa.
“Tidak hanya berindeks prestasi tinggi, tapi lulusan diharapkan punya ide dan perilakunya dalam merespons persoalan kekinian, bagaimana lulusan mampu berinovasi agar bisa memengaruhi perubahan dunia untuk kebaikan,” ujar Ganjar Paranowo, di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa (21/8).
Gubernur Jawa Tengah sekaligus Ketua Umum PP Kagama mengatakan hal itu saat memberikan pembekalan kepada 3.758 wisudawan/ wisudawati Program Sarjana dan Vokasi UGM periode IV tahun akademik 2019/ 2020.
Ganjar mengatakan lulusan perguruan tinggi saat ini dituntut untuk bisa menuangkan ide dan merespons persoalan, sebab wisudawan/ wisudawati setelah lulus biasanya yang dipikir hanyalah soal kerja. Bagaimana mereka hanya berpikir untuk survive mendapatkan kerja.
“Padahal, di saat terjadi perubahan yang dituntut adalah bagaimana kita bisa merespons dan beradaptasi serta mengambil posisi dengan cepat,” katanya.
Salah satu pekerjaan rumah Indonesia dan dunia saat ini, kata Ganjar, adalah persoalan limbah sampah. Indonesia sendiri setiap tahun harus menghadapi 64 juta ton dan sebanyak 32 juta ton sampah masuk ke laut sehingga tidak mengherankan jika sering ditemui kura-kura laut tidak bisa berkembang akibat sejak kecil terjepit tutup botol. Atau peristiwa matinya ikan paus akibat memakan banyak sampah plastik.
“Dari persoalan sampah ini para lulusan mestinya bisa berkontribusi bagi negeri banyak sekali. Seluruh daya upaya dan pengetahuan boleh dikeluarkan, yang dari psikologi mungkin bisa bicara soal perilaku, dari hukum soal regulasi, teknik mesin dan elektro bikin alat untuk menciptakan ekosistem yang bisa mengolahnya dan dari pertanian bikin komposnya,” ucapnya.
Meski menjadi problem, menurut Ganjar sampah juga membuka peluang bisnis masa depan jika ditangani dengan serius. Dengan sosiopreneur seperti yang dikembangkan di UGM maka memikirkan sampah bisa menjadi usaha baru.
“Kalau kita mau berdikari dalam ekonomi, sosioenterpreunership mesti dikembangkan, seperti kemarin mahasiswa UGM berhasil olah 380 gram sampah plastik menjadi 400 cc minyak. Mungkin setelah wisuda ini temen-temen mau bicara soal ini. Ini salah satu kesempatan untuk berkontribusi pada Indonesia dan kemanusiaan,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung; foto : Firsto)