
Ribuan alumni UGM yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia dan bahkan dunia, terus memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan, kemanusiaan, serta pembangunan nasional.
Salah satu alumni UGM, Gabriel Asem, kini menjabat sebagai Bupati Tambrauw, Papua Barat, dan membawa bekal ilmu yang ia terima di UGM untuk membangun kabupaten yang ia pimpin.
“Berbekal pengetahuan yang didapat di UGM, kami mulai membangun Tambrauw dari nol, hingga sekarang hasilnya sudah mulai tampak,” ujarnya saat diwawancara Kamis (22/8) usai menghadiri upacara Wisuda Program Sarjana dan Diploma di Grha Sabha Pramana.
Alumni Program Magister Ekonomi Pembangunan ini menerangkan, selama memimpin Tambrauw ia banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak di UGM, terutama tim dari Gugus Tugas Papua UGM. Tim yang memang dibentuk secara khusus untuk berperan dalam mewujudkan kedaulatan bangsa, khususnya dalam mendukung program pemerintah untuk memberi perhatian khusus terhadap 3T (terluar, tertinggal, terisolir) yang sebagian besar juga berada di wilayah Papua.
“Dari UGM mendampingi dalam penyusunan renstra daerah untuk periode 5 tahun. Sekarang teman-teman UGM di bawah Pak Bambang Purwoko juga melakukan kajian ekonomi serta SAB di Tambrauw,” terangnya.
Tujuh tahun yang lalu, jelas Gabriel, Tambrauw yang merupakan salah satu kabupaten terluas di Provinsi Papua Barat masih terisolasi karena tidak memiliki infrastruktur jalan, jembatan, serta sarana transportasi dan telekomunikasi yang memadai.
Karena itu, di dalam dua periode kepemimpinannya, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas di samping peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian yang menjadi indikator pembangunan manusia.
“Kalau dulu belum ada jembatan, kita harus melalui laut, dan itu pun biayanya sangat mahal. Saya berusaha bagaimana agar isolasi ini bisa dibuka, saya upayakan pembangunan jembatan agar akses terbuka dan transportasi lancar,” jelasnya.
Upaya ini cukup membuahkan hasil, terbukti dengan mulai berkembangnya aktivitas perekonomian di kabupaten ini yang salah satunya berasal dari sektor pariwisata. Dalam sisa periode jabatannya, ia berupaya untuk merampungkan pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan pertumbuhan yang merata.
“Ada yang sudah terjangkau jalan, ada yang belum. Ini yang menjadi PR kita,” imbuhnya.
Pembangunan yang merata menjadi salah satu perhatiannya di dalam membuat rencana pengembangan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, ia membagi Kabupaten Tambrauw ke dalam empat sentra pertumbuhan, yaitu Sausapor sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan, Fef sebagai pusat pemerintahan, Kebar sebagai pusat pengembangan peternakan dan pertanian, serta Abun yang menjadi pelabuhan untuk kegiatan ekspor-impor.
“Ini kita dorong agar tidak terjadi kesenjangan antarwilayah, dia akan tumbuh bersama-sama. Kalau konsep pembangunan terpusat di satu tempat saja, wilayah yang lain pasti tidak bisa terurusi dengan baik,” ucap Gabriel.
Meski gencar dalam melakukan pembangunan infrastruktur, pemerintah kabupaten Tambrauw tidak mengesampingkan kewajiban untuk melestarikan lingkungan. Sebagai daerah yang memiliki cagar alam, Gabriel juga berniat menjadikan Tambrauw sebagai kawasan konservasi.
“Tambrauw memberi air untuk kabupaten sekitar. Karena itu kita harus jaga hutan, jaga lingkungan dengan baik,” imbuhnya.
Untuk memastikan keberlanjutan dari pembangunan yang berhasil diwujudkan, ia berharap UGM dapat terus mendukung daerah ini melalui kegiatan-kegiatan Tridarma, seperti melakukan berbagai kajian strategis, memberikan pelatihan, serta mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
“Untuk KKN saya sudah meminta agar tahun depan dilakukan, itu ada dua titik,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)