Guru Besar Universitas Gadjah Mada yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc., meluncurkan buku berjudul “Transformasi Ekonomi Berbasis Digital di Indonesia: Lahirnya Tren Baru Teknologi, Bisnis, Ekonomi, dan Kebijakan di Indonesia”.
Peluncuran buku berlangsung Jumat (23/8) bertempat di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Dalam peluncuran buku tersebut turut dihadiri Anggota Dewan Wantimpres IGN Arsana, Pimpinan OJK Yogyakarta Untung Nugroho, Komisaris Utama PT Jasa Marga, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Afrika Selatan Salman Al Farizi.
Adiningsih menyampaikan harapan buku tersebut bisa memberikan manfaat bagi masyarakat yang ingin memahami dan mempelajari tentang transformasi ekonomi berbasis digital di Indonesia.
Terkait transformasi digital ini dia menyebutkan semua pihak harus bekerja sama sehingga Indonesia bisa mengambil keuntungan dari proses ini. Dengan begitu, kekhawatiran transformasi digital yang akan mengambil lapangan kerja dan meningkatkan ketimpangan tidak terjadi, tetapi bisa memberikan lapangan kerja baru dan pemerataan ekonomi.
“Semua harus kerja sama supaya transformasi digital ini membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia,” terangnya.
Usai peluncuran buku tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembahasan buku oleh Guru Besar FEB UGM Prof. Didi Achjari, Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi FISIPOL UGM Dr. Novi Kurnia, serta Dirut PT. KSEI Dr. Frederica Widyasari Dewi.
Didi menyebutkan bahwa buku ini sangat komperehensif membahas banyak aspek secara rinci terkait perkembangan ekonomi berbasis digital di Indoensia, seperti financial technology, start up, dan e-commerce. Melalui buku ini tidak hanya dapat membuka wawasan tentang transformasi digital di Indonesia, tetapi juga bisa menjadi referensi e-business di Indonesia.
Sementara itu, Novi mengatakan bahwa argumen paling kuat dan menjadi nafas buku ini adalah tentang pemaparan mengenai Indonesia menjadi salah satu negara “break out” dengan indeks evolusi digital yang relatif rendah, tetapi berevolusi dengan cepat dan memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi digital yang kuat.
“Buku ini juga memetakan dengan baik dampak revolusi digital dengan pendekatan yang lengkap dari berbagai aspek,” jelasnya.
Hal menarik lainnya, disebutkan Novi, di dalamnya memetakaan kebijakan negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Republik Rakyat Tiongkok, dan India dalam menghadapi transformasi digital. Hal tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai apa yang terjadi di tingkat global. Selain itu, buku ini tidak hanya memetakan isu terkini, tetapi juga memprediksi perkembangan ekonomi berbasis digital di masa depan.
Frederica menuturkan bahwa buku ini layak untuk dibaca dan dimiliki. Sebab, di dalamnya merangkum berbagai hal yang ada di sekitar serta dapat menjadi pegangan bagaimana ekonomi digital di Indonesia. (Humas UGM/Ika)