Apabila jumlah penduduk meningkat maka kebutuhan hasil hutan meningkat. Akibatnya, semakin banyak sumber daya hutan yang dimanfaatkan. Pengalaman pemanfaatan hutan sebelumnya menunjukkan bahwa pemanfaatan hutan selalu menimbulkan dampak berupa deforestasi.
Demikian pernyataan Prof. Dr. Ir. Sumardi, M. For. Sc dalam pidato berjudul “Perubahan Orientasi Perlindungan Hutan Dalam perkembangan Pengelolaan Hutanâ€. Pidato tersebut diucapkan Prof Sumardi saat pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM hari Senin (12/6) di ruang Balai Senat.
“Penggunaan hutan-hutan yang rusak untuk pertanian atau perkebunan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan selanjutnya akan semakin meningkatkan laju pertambahan pendudukâ€, ujar suami Prof Dr Issirep.
Bagi Prof Sumardi, peningkatan permintaan hasil hutan dan pemanfaatan hutan lainnya akibat laju pertambahan penduduk dan peningkatan tuntutan kesejahteraan masyarakat merupakan tantangan tersendiri pengelolaan hutan di masa depan.
Oleh karena itu, kerusakan-kerusakan hutan yang terjadi sampai saat ini tampaknya menjadi tantangan apakah di masa mendatang akan mampu dikelola. Kata Ketua Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (PERSAKI) 1998-2005 ini, dibutuhkan persamaan persepsi dan dialog antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan, terutama Pemerintah, Perguruan Tinggi dan Pengelola Hutan.
“Persepsi dan dialog perlu dibangun. Sistim pemantauan perkembangan kerusakan dalam kerangka pemantauan kesehatan hutan perlu difikirkan. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana penggalian pengetahuan-pengetahuan mendasar tentang kerusakan hutan itu sendiri. Pengetahuan-pengetahuan mendasar tersebut perlu ditingkatkan melalui kerjasama penelitian dan jaringan kerjaâ€, tandas pria kelahiran Madiun 16 Januari 1944 ini (Humas UGM).