
Semenjak dibentuk Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, desa terus menjadi trending topik pembangunan. Kementerian ini sekarang menangani daerah-daerah di pedalaman dan ini sesuai dengan cita-cita lama pemerintah bahwa desalah yang sesungguhnya perlu dibangun di Indonesia.
“Kini kita membangun Indonesia dari pinggiran, membangun desa sebenarnya sudah lama dilakukan, sejak republik ini berdiri. Hanya saja untuk membangun desa saat ini bersamaan dengan globalisasi sehingga membangun desa terkadang dinilai bertolak belakang dengan globalisasi. Disaat negara lain sudah demikian maju, di Indonesia sebagian besar desanya masih tertinggal,” ujar Dra. Dewi Yuliani, M.P, di Hotel Tara Yogyakarta, Kamis (30/8).
Menjadi pembicara kunci pada Workshop Sinergi Program Kemitraan dan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2019, Dewi menuturkan sejak digulirkan dana desa menjadikan desa memiliki kekuatan. Dana yang diumpamakan sebagai peluru ini bagi desa tentunya menjadi peluang sekaligus tantangan.
“Banyak dana desa masuk. Selain dana tersebut ada juga DAU, ADD yang sebenarnya menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak,” tutur Direktur Pengembangan Sosial Budaya Transmigrasi, Kemendesa PDTTrans RI.
Menurut Dewi bergulirnya dana desa yang cukup besar menjadi tantangan desa dalam menatap masa depan, sebab jika tidak dimanfaatkan dengan baik yang akan terjadi adalah pemborosan. Sementara itu, tugas yang diberikan Kementerian Desa adalah memajukan 5.000 desa tertinggal pada tahun 2015 – 2019.
Menurutnya, ada beberapa klasifikasi desa saat ini, ada desa sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju dan mandiri. Sasaran utama tugas Kementerian Desa adalah menjadikan semua desa mandiri, yaitu mandiri dalam arti berdiri dengan kekuatannya sendiri.
“Kita berharap seperti itu desa-desa bisa memiliki kekuatan di sosial, ekonomi, budaya dengan tetap menjaga kelestarian lingkungannya. Mandiri ini juga menyangkut memiliki ketersediaan pangan,” ucapnya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., menambahkan semenjak dua tahun setelah kelahirannya, UGM hingga kini terus melakukan pengabdian pada masyarakat. UGM terus berupaya menebarkan ilmu pengetahuan di seluruh pelosok negeri dan seluruh penjuru dunia.
“Perjalanan KKN UGM sangat panjang, dimulai dengan mengirimkan mahasiswa UGM untuk mengembangkan sekolah menengah di seluruh Indonesia. Diwadahi dengan namanya PTM, Pengerahan Tenaga Mahasiswa di seluruh Indonesia, saat itulah mahasiswa UGM belajar bersama masyarakat bagaimana menjadi perintis dan pelopor pembangunan di daerah-daerah seluruh Indoensia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” katanya.
Saat ini, pengabdian UGM, kata Ika Dewi Ana, beriringan dengan program pemerintah dan program internasional yaitu pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, bersama pemerintah daerah, alumni, dan mahasiswa, UGM terus berusaha mengembangkan bentuk-bentuk baru pengabdian, misalnya dengan diseminasi pengetahuan diseluruh wilayah Indonesia atau mendidik mahasiswa dalam format pengabdian pada masyarakat.
Ika Dewi meyakini dengan pengabdian pada masyarakat memberikan inspirasi-inspirasi dan terus meningkatkan kontribusi UGM bagi pembangunan. Baginya soal kualitas perguruan tinggi bukan hanya diukur dari peringkat, namun utamanya pada sumbangan yang diberikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Diantaranya upaya-upaya dalam mengatasi dan merespons resolusi konflik serta bagaimana upaya-upaya UGM dalam pelayanan kesehatan lebih baik dan lebih murah, juga upaya UGM dalam menyejahterakan masyarakat dan seluruh bangsa,” katanya.
Sekretaris Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Dr. Rachmawan Budianto, S.T., M.T., menyatakan Workshop Sinergi Program Kemitraan dan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2019 merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada setiap tahunnya. Workshop ini dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi program pemerintah, BUMN maupun swasta dan program pengabdian kepada masyarakat UGM baik yang berwujud program dan aktivitas Kuliah Kerja Nyata maupun kegiatan-kegiatan pengabdian yang lainnya.
Rachmawan mengungkapkan UGM setiap tahun menerjunkan rata-rata 7.500 – 8.000 mahasiswa KKN ke 34 propinsi. Mahasiswa KKN diterjunkan dalam 4 periode penerjunan. Sebagai contoh KKN periode Juni – Agustus 2019 lalu mereka baru saja selesai dan dilaksanakan di 32 propinsi, 107 kabupaten/ kota di seluruh wilayah Indonesia. KKN periode ini diikuti oleh 5.319 mahasiswa terbagi dalam 186 unit atau lokasi dan mahasiswa itu berasal dari 18 fakultas dan sekolah vokasi.
“Tema KKN yang baru saja selesai adalah KKN UGM mengabdi untuk Indonesia Menginspirasi Dunia. Tema ini untuk menumbuh kembangkan kepedulian dan empati sivitas akademika UGM, khususnya anak-anak dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat,” katanya.
Workshop yang diselenggarakan Kantor Wakil Rektor Bidang Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat UGM ini dihari 300 peserta. Sebanyak 120 peserta ini berasal dari 65 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia. (Humas UGM/ Agung)