Sekolah Vokasi UGM bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengadakan kuliah umum dengan tema “Implementasi Kebijakan Kedaulatan Energi Negeri” bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Diselenggarakan Jumat (30/8) di Balai Senat UGM, dalam kuliah umum ini Jonan memaparkan kebijakan serta pencapaian Kementerian ESDM dalam 5 tahun periode pemerintahan Presiden Joko Widodo, terutama dalam mewujudkan prinsip energi yang berkeadilan.
“Hal yang paling penting ketika kita bicara tentang kedaulatan energi ada dua hal, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan,” ucapnya.
Kedaulatan energi merupakan salah satu program Presiden Joko Widodo yang tercantum di Program Nawacita, yang harus direalisasikan secara bertahap. Selain itu, kedaulatan energi negeri merupakan amanah konstitusi pasal 33 UUD 1945.
Sebagai perumus dan pengimplemetasi kebijakan kedaulatan energi negeri, Ignasius Jonan mengungkapkan tahapan implementasi kedaulatan energi terkait proses akuisisi pengelolaan Migas dan Pertambangan yang terdiri Blok Mahakam, Blok Rokan, Blok Corridor, dan Freeport.
Ia memaparkan, dalam 5 tahun terakhir Kementerian ESDM juga telah memangkas berbagai perizinan yang dianggap menghambat investasi.
“Sesuai arahan presiden, kita pangkas perizinan dan birokrasi untuk menciptakan iklim yang ramah investasi,” tuturnya.
Selain itu, subsidi energi pada periode pemerintahan kali ini menurutnya tepat sasaran. Dari jumlah sebesar Rp1.214 triliun di periode tahun 2011-2014, subsidi pada periode 2015-2018 menurun hingga Rp477 triliun.
“Subsidinya tidak banyak, hanya sepertiganya. Subsidi makin tepat sasaran, dialihkan untuk belanja yang lebih produktif,” imbuh Jonan.
Bersamaan dengan kuliah umum ini, diselenggarakan pula rilis buku berjudul “Freeport Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi” karya Fahmy Radhi. Buku ini menguak cerita perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam memperoleh hak penguasaan mayoritas saham PT Freeport Indonesia sebesar 51 persen, setelah 51 tahun dikuasai oleh Freeport Mc Moran, Perusahaan tambang asal dari Amerika Serikat.
“Buku ini saya tulis selama 3 tahun, sebagian di antaranya adalah tulisan saya dalam media. Pak Jonan menjadi salah satu orang yang mendorong saya untuk kemudian menerbitkan buku ini,” ujar Fahmy.
Buku tersebut, terangnya, memberikan pengetahuan tentang pengelolaan Freeport dan segala macam peristiwa yang terjadi di dalamnya. Selain memberikan informasi dan pengetahuan terhadap analisis tentang Freeport, buku ini dikemas menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah dibaca oleh semua kalangan.
Fahmy Radhi adalah dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM, yang pernah menjabat sebagai Direktur Program Diploma Ekonomi FEB-UGM pada 2004-2008, Direktur Eksekutif Mubyarto Institute pada 2008-2012. Fahmy Radhi pernah menjadi Deklarator Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Staf Ahli Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM hingga sekarang. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)