Inilah asumsi yang ditarik Tim Crisis and Recovery Center, Fakultas Psikologi UGM bahwa 2,5% dari populasi yang mengalami beban mental pasca gempa bumi (27/5) akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri pada jangka menengah dan panjang. Dengan demikian kurang lebih 30 ribu korban selamat akan memerlukan bantuan psikologis mulai minggu ketiga sampai kurang lebih tiga bulan kemudian. Selanjutnya yang perlu diantisipasi adalah 1% dari populasi, atau kurang lebih 12 ribu orang yang mengalami kesulitan psikologis pada masa yang lebih lama.
Asumsi ini disampaikan Crisis And Recovery Center (CRC) Fakultas Psikologi UGM, saat Presentasi Program Penanganan Bencana Alam, hari Jum’at (16/6) di ruang fakultas setempat.
Seperti diungkap Koordinator CRC Fakultas Psikologi UGM Dra Noor Rahmani MSc, bahwa prevalensi permasalahan psikologis akan lebih tinggi pada kelompok rentan. Menurutnya, yang pertama adalah korban yang mengalami luka-luka. Sebagian besar dari mereka luka patah tulang. Untuk seluruh wilayah bencana mencapai sekitar 37 ribu. “Mereka akan mengalami kesulitan besar dalam penyesuaian diri sekembali dari rumah sakit. Kemungkinan besar mereka berasal dari rumah-rumah yang kondisinya rusak berat atau robohâ€, ujar Noor Rahmani saat presentasi
Selain itu, dijelaskan Noor Rahmani bahwa sebagian diantara mereka akan mengalami kecacatan atau kelumpuhan. Tentu saja, beban psikologis tidak saja dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarganya. Pada penderita, beban psikologis tersebut akan menurunkan daya tahan tubuh, yang berdampak pada proses pemulihan yang lebih lama atau bahkan memperparah kondisi penyakit.
“Pada kelompok korban luka-luka berusia dewasa, penurunan kemampuan untuk menyediakan nafkah atau menjalankan tugas-tugas pengelolaan rumah tangga mungkin akan menimbulkan permasalahan psikologis tersendiriâ€, ungkap Dosen Fakultas Psikologi UGM.
Dalam pandangan Noor Rahmani, ada kelompok rentan yang lain, dimana mereka telah memiliki masalah-masalah psikologis sebelum bencana terjadi. Selain itu adalah ibu-ibu hamil dan bayi, serta anak-anak di bawah usia sekolah. “Anak-anak yang bersekolah pada tahun terakhir tingkat sekolahnya, yakni kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA juga merupakan kelompok spesifik yang memerlukan perhatian khususâ€, lanjut Noor Rahmani. Demikian halnya dengan lansia yang selalu menjadi kelompok rentan dan perlu mendapat perhatian khsusus.
Oleh karena itu, untuk usaha jangka panjang sumberdaya untuk membantu kesehatan mental dan psikososial diutamakan berasal dari berbagai universitas yang memiliki fakultas atau program studi psikologi. Termasuk Fakultas psikologi UGM.
Dalam konteks ini, kata Noor Rahmani bahwa sistim rujukan, institusi profesi psikiatri semestinya juga tersedia di wilayah sekitar. Yang paling utama adalah Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UGM dan RS Dr Sardjito. Selain itu, RSJ Yogyakarta (Pakem), Klaten (Wedi), Solo dan Magelang. “Dengan memperhitungkan tersedianya kapasitas tersebut, dapat diperkirakan bahwa terdapat cukup potensi lokal untuk menangani permasalahan-permasalahan kesehatan mental dan psikososialâ€, tandas Noor Rahmani (Humas UGM).