• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • 12 000 Orang Butuh Penanganan Psikologis Jangka Waktu Lama

12 000 Orang Butuh Penanganan Psikologis Jangka Waktu Lama

  • 17 Juni 2006, 17:16 WIB
  • Oleh: Humas UGM
  • 3608

Inilah asumsi yang ditarik Tim Crisis and Recovery Center, Fakultas Psikologi UGM bahwa 2,5% dari populasi yang mengalami beban mental pasca gempa bumi (27/5) akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri pada jangka menengah dan panjang. Dengan demikian kurang lebih 30 ribu korban selamat akan memerlukan bantuan psikologis mulai minggu ketiga sampai kurang lebih tiga bulan kemudian. Selanjutnya yang perlu diantisipasi adalah 1% dari populasi, atau kurang lebih 12 ribu orang yang mengalami kesulitan psikologis pada masa yang lebih lama.

Asumsi ini disampaikan Crisis And Recovery Center (CRC) Fakultas Psikologi UGM, saat Presentasi Program Penanganan Bencana Alam, hari Jum’at (16/6) di ruang fakultas setempat.

Seperti diungkap Koordinator CRC Fakultas Psikologi UGM Dra Noor Rahmani MSc, bahwa prevalensi permasalahan psikologis akan lebih tinggi pada kelompok rentan. Menurutnya, yang pertama adalah korban yang mengalami luka-luka. Sebagian besar dari mereka luka patah tulang. Untuk seluruh wilayah bencana mencapai sekitar 37 ribu. “Mereka akan mengalami kesulitan besar dalam penyesuaian diri sekembali dari rumah sakit. Kemungkinan besar mereka berasal dari rumah-rumah yang kondisinya rusak berat atau roboh”, ujar Noor Rahmani saat presentasi

Selain itu, dijelaskan Noor Rahmani bahwa sebagian diantara mereka akan mengalami kecacatan atau kelumpuhan. Tentu saja, beban psikologis tidak saja dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarganya. Pada penderita, beban psikologis tersebut akan menurunkan daya tahan tubuh, yang berdampak pada proses pemulihan yang lebih lama atau bahkan memperparah kondisi penyakit.

“Pada kelompok korban luka-luka berusia dewasa, penurunan kemampuan untuk menyediakan nafkah atau menjalankan tugas-tugas pengelolaan rumah tangga mungkin akan menimbulkan permasalahan psikologis tersendiri”, ungkap Dosen Fakultas Psikologi UGM.

Dalam pandangan Noor Rahmani, ada kelompok rentan yang lain, dimana mereka telah memiliki masalah-masalah psikologis sebelum bencana terjadi. Selain itu adalah ibu-ibu hamil dan bayi, serta anak-anak di bawah usia sekolah. “Anak-anak yang bersekolah pada tahun terakhir tingkat sekolahnya, yakni kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA juga merupakan kelompok spesifik yang memerlukan perhatian khusus”, lanjut Noor Rahmani. Demikian halnya dengan lansia yang selalu menjadi kelompok rentan dan perlu mendapat perhatian khsusus.

Oleh karena itu, untuk usaha jangka panjang sumberdaya untuk membantu kesehatan mental dan psikososial diutamakan berasal dari berbagai universitas yang memiliki fakultas atau program studi psikologi. Termasuk Fakultas psikologi UGM.

Dalam konteks ini, kata Noor Rahmani bahwa sistim rujukan, institusi profesi psikiatri semestinya juga tersedia di wilayah sekitar. Yang paling utama adalah Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UGM dan RS Dr Sardjito. Selain itu, RSJ Yogyakarta (Pakem), Klaten (Wedi), Solo dan Magelang. “Dengan memperhitungkan tersedianya kapasitas tersebut, dapat diperkirakan bahwa terdapat cukup potensi lokal untuk menangani permasalahan-permasalahan kesehatan mental dan psikososial”, tandas Noor Rahmani (Humas UGM).

Berita Terkait

  • Warga Terdampak Bencana Erupsi Semeru Perlu Pendampingan Psikologi

    Wednesday,08 December 2021 - 11:25
  • Psikologis 'ASA' Efektif Bantu Pengobatan Penderita Tuberkulosis

    Thursday,21 April 2011 - 6:33
  • Pandemi Berkepanjangan, UGM Siapkan Tim Psikolog

    Sunday,11 July 2021 - 9:16
  • Regulasi Emosi Terbukti Pengaruhi Pencapaian Prestasi Olahraga

    Thursday,14 June 2012 - 14:07
  • Dokter RSA UGM Bagi Tips Menjaga Kesehatan Pendengaran Selama Pandemi

    Thursday,09 December 2021 - 23:02

Rilis Berita

  • Inisasi Konsorsium Riset Kopi, UGM Terima Kunjungan Tim Riset Kopi University of California 06 June 2023
    UGM menerima kunjungan tim riset kopi dari University of California-Davis, Selasa (6/6)
    Ika
  • Arie Sujito: Jadikan KKN Sebagai Panggilan Jiwa 06 June 2023
    Wakil Rektor Bidang  Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Universitas GAdja
    Gusti
  • Guru Besar Baru UGM Ratna Susandarini Angkat Pentingnya Revitalisasi Taksonomi 06 June 2023
    Krisis biodiversitas akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, dan eksploitasi
    Gloria
  • Hakikat HAM 06 June 2023
    Oleh Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
    Universitas Gadjah Mada
  • LPPT UGM Raih Penghargaan dari Kemenkes RI 06 June 2023
    Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM mendapat penghargaan dari Menteri Keseha
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual