Yogya, KU
Mantan Ketua DPR RI, Akbar Tanjung menegaskan munculnya friksi dalam pembahasan RUU Pemilu sebagai suatu yang wajar karena pasti ada kepentingan antar partai politik. Namun demikian Akbar tetap menilai RUU ini harus segera disahkan untuk menjamin kualitas pelaksanaan Pemilu 2009.
“Adanya tarik menarik dan beda pendapat di DPR RI merupakan hal yang biasa karena sesuai dengan kepentingan politik masing-masing. Tetapi memang harus ada batasnya. Dan akhir Februari ini adalah batasnya,†kata Akbar Tandjung kepada wartawan usai menjadi pembicara Seminar sehari dalam rangka purna tugas Prof Dr Ichlasul Amal, Kamis (28/2) di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM.
Menurut Akbar, RUU pemilu ini sangat penting sebagai rujukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk segera bekerja dan mempersiapkan Pemilu. Dan banyak hal yang harus dilakukan dengan dasar UU Pemilu. Sehingga jika RUU terlambat disahkan otomatis akan mengurangi waktu persiapan KPU.
“KPU butuh persiapan untuk menghadapi agenda politik ke depan dan mereka perlu acuan pada diktum-diktum yang ada dalam UU Pemilu,†katanya
Akbar sendiri menilai secara substansi UU Pemilu yang dibahas saat ini justru lebih demokratis dibandingkan UU Pemilu tahun 2004. Salah satunya dalam hal penentuan calon legislatif yang terpilih. Jika sebelumnya menggunakan nomor urut, maka dalam RUU ini calon yang berhak terpilih yakni mendapatkan 30% dari Bilangan Pembagi Pemilih (BPP).
“Memang lebih demokratis. Hanya masih ada persoalan krusial jika nanti yang memperoleh suara 30% atau lebih itu lebih dari satu orang apakah akan kembali ke nomor urut atau suara terbanyak. Kalau saya mendukung yang suara terbanyak,†ujarnya.
Sementara itu, ketika ditanya tentang kesiapan dirinya ikut dalam pencalonan presiden pada pemilu 2009, Akbar mengaku ia tetap berniat untuk maju meski bukan dari partai Golkar.
“Jika Partai Golkar tidak memungkinkan adanya konvensi, maka saya akan melihat perspektif lain, misalnya ikut dengan partai lain,†katanya.
Akbar sendiri mengaku belum tahu partai mana yang menjadi kendaraan politiknya untuk maju ke kursi RI 1. Karena menurut Akbar, saat ini partai lain di luar Golkar sudah memiliki calonnya masing-masing. Meski demikian, Akbar mengatakan masih akan terus menunggu dan melihat kondisi. Dirinya juga masih menunggu hasil pemilu legislatif untuk melihat kekuatan partai politik yang ada. (Humas UGM/Gusti Grehenson)