Pasar wisatawan memang sensitif. Peristiwa apapun yang berakibat pada rasa tidak aman dan nyaman segera direspon dengan aksi penundaan atau pembatalan kunjungan. Sebaliknya, begitu ada jaminan rasa aman dan nyaman sulit untuk membendung sebuah kunjungan wisata.
Sementara itu, tindakan penundaan dan pembatalan kunjungan wisata akibat bencana alam dinilai bersifat sementara, termasuk peristiwa gempa bumi di wilayah DIY dan Jawa Tengah 27 Mei 2006 lalu.
Dr Janianton Damanik mengatakan hal tersebut saat diskusi yang diselenggarakan Pusat Studi Pariwisata UGM hari Kamis (22/6) bertema Strategi Pemulihan Pariwisata DIY Pasca Gempa.
Menurutnya, meskipun bersifat sementara perlu dilakukan intervensi yang responsif di lapangan. “Ini pilihan yang tidak mudah untuk dilakukan, tapi sangat strategis demi menghindari munculnya stigma atau reaksi negatif pasar yang memandang seolah-olah DIY sebagai destinasi wisata telah hancur totalâ€, ujar Janianton Damanik di Puspar UGM, Bulaksumur J-3 Yogya.
Bagi Janianton, saat ini tidak cukup hanya mengampanyekan DIY sudah aman dari gempa dan erupsi merapi. Perlu informasi efektif yang bisa meyakinkan pasar bahwa pemerintah memiliki manajemen penanggulangan bencana yang andal. “Misal, jika gempa terulang atau erupsi merapi lebih besar lagi. Tindakan apa yang disiapkan untuk keselamatan wisatawan. Informasi semacam ini tentu akan menjamin pasar wisatawan tetap well informed atas situasi riel pariwisata DIYâ€, tandas Peneliti Puspar UGM (Humas UGM).