Departemen Teknik Geologi UGM menyelenggarakan Seminar Nasional Kebumian ke-12 pada Kamis (5/9) di Hotel Alana, Sleman. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara Geoweek 2019 yang juga diselenggarakan oleh Departemen Teknik Geologi UGM. Tema yang diangkat pada seminar kali ini adalah “Peran Ilmu Kebumian dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi, dan Geoheritage”. Tema tersebut diangkat sekaligus untuk memperingati 35 tahun berdirinya Kampus Lapangan Bayat “Prof. Soeroso Notohadiprawiro”, Bayat, Klaten.
Kampus Lapangan Bayat didirikan oleh Departemen Teknik Geologi UGM karena melihat kondisi alamnya yang memiliki peran penting untuk ilmu geologi. Kondisi geologi daerah tersebut ditandai dengan kehadiran batuan tertua di Pulau Jawa, yakni batuan metamorf yang berusia 98 juta tahun. Sebenarnya batuan tersebut ditemukan pula pada dua daerah lain di Pulau Jawa. Dua daerah tersebut adalah Karangsambung dan Ciletuh, yang keduanya berada di Provinsi Jawa Barat. Namun, oleh karena Bayat lebih dekat dengan UGM, akhirnya Teknik Geologi UGM memilih membangun kampus lapangannya di sana
Pada usianya yang ke-35 tahun ini, Kampus Lapangan Bayat tidak hanya menjadi asrama bagi mahasiswa yang kuliah lapangan semata, tetapi saat ini telah menjadi pusat informasi kebumian Bayat yang mendunia. Hal itu ditandai dengan digunakannya kampus ini oleh universitas-universitas dari luar negeri, seperti Universitas Teknologi Petronas (Malaysia), RWTH Aachen (Jerman), dan lain sebagainya.
Selain itu, potensi daerah Bayat ini bisa membuatnya menjadi warisan geologi (geoheritage) yang besar di Indonesia. Potensi tersebut sangat strategis untuk mendukung program konservasi sumber daya geologi dan pengembangan sektor pariwisata berbasis geologi. Hal itu juga dapat memicu pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.
Perwujudan program ini perlu didukung dengan sistem pengelolaan yang terintegrasi sehingga mampu dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka membangun sistem pengelolaan tersebut, perlu didukung dengan kebijakan teknis dari berbagai institusi di dalamnya termasuk Badan Geologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, institusi pendidikan dan pemerintah daerah terkait.
Oleh karena itu, menurut Nugroho Imam Setiawan, S.T.,M.T., Ph.D., selaku ketua panitia seminar ini, mereka mengangkat tema tadi. “Dengan tema tersebut, kami bertujuan untuk memulyakan daerah Bayat beserta masyarakat sekitarnya. Kami juga membuka stand Bayat Corner di depan ruangan ini sebagai wadah menunjukkan hasil penelitian dari Kampus Lapangan Bayat” ujarnya.
Nugroho menambahkan melalui kegiatan ini juga dapat membuka ruang dialog untuk menyelesaikan berbagai permasalahan geologis terkini. “Kami menerima sebanyak 429 abstrak, lalu setelah melalui seleksi dipilih 102 diantaranya yang akan dipresentasikan sebagai paper dan poster,” ungkapnya.
Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., selaku Dekan Fakultas Teknik UGM, mengapresiasi penyelenggaraan seminar ini. Ia menyebut konsistensi dari Departemen Teknik Geologi UGM patut diapresiasi dan berharap agar terus dipertahankan, bahkan jika bisa ditingkatkan.
Mengenai tema seminar, Nizam menilai sudah sangat baik. Menurutnya, tema tersebut mengingatkan agar geologi tidak hanya sebatas konservasi, namun juga kemanfaatan lingkungan dan ekonomi masyarakat sekitarnya. Tema ini juga dapat mengangkat pentingnya sinergi antara berbagai bidang seperti pariwisata, budaya, serta geologi.
“Selamat kepada Departemen Teknologi UGM yang terus memacu diri menjadi yang terbaik. Semoga terus maju dan memberi manfaat untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia tercinta ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)