Dekan Fakultas Psikologi UGM Prof Dr M Noor Rochman Hadjam SU merasa optimis dengan Program Sekolah Pasca Darurat Pasca Gempa pendekatan Bio-Psiko-Sosial-Religius. Hal ini tercermin dari 23 sekolah mengikuti program ini, terdiri atas enam SMA dan 17 SMP di Kabupaten Bantul dan Sleman serta Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ini merupakan proses belajar mengajar yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Fakultas Psikologi UGM dan melibatkan seluruh Fakultas Psikologi yang ada di wilayah Yogjakarta.
Kata Noor Rochman, dari teori dan pengalaman yang ada dan dengan keberadaan sekolah darurat, asumsi penderita trauma gempa memiliki kecenderungan menurun.
“Kita baru saja mengumpulkan guru TK dan SD untuk pembekalan psikologi, dari mereka terlihat bahwa trauma yang dialami anak-anak lebih cepat menurun dibanding trauma yang dialami orang tuaâ€, ujar Noor Rochman Hadjam hari Jumat (23/5) di ruang Audiovisual Fakultas Psikologi UGM.
Dia melihat kondisi sosio kultural dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Bantul mendukung percepatan recovery kondisi psikologi korban gempa, lanjutnya.
Hal senada disampaikan Dra Avin Fadila Helmi Msi bahwa secara umum sekolah darurat menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan memperhatikan aspek lingkungan, psikis, sosial, dan tetap mengacu pada konsep religiusitas.
Pendekatan tersebut, menurut Koordinator Pelaksana Sekolah Darurat, tidak meninggalkan aspek kearifan lokal yang melingkupi setiap titik pembelajaran sekolah darurat. “Dalam hal ini, penyiapan proses pembelajaran di sekolah darurat itu disusun dalam tiga fase, yakni penyiapan model, modul, dan pematangan relawan yang akan diterjunkan di lapangan,” ungkap Avin Fadila.
Dia mengemukakan, tujuan diselenggarakannya sekolah darurat itu antara lain mengisi dan memfasilitasi proses pembelajaran dalam situasi darurat pascagempa sehingga kelancaran proses pendidikan tetap terjaga. Selain itu, mengurangi dampak psikologis yang timbul akibat gempa pada siswa di sekolah tingkat SMP dan SMA, melakukan proses pendampingan terhadap siswa dan guru dalam menghadapi siswa dengan kondisi trauma pascagempa. Ia mengatakan, gempa tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter yang terjadi di wilayah DIY dan Jateng pada 27 Mei 2006 membawa dampak yang hebat terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek yang cukup besar pengaruhnya adalah aspek pendidikan terutama pada kelangsungan proses belajar mengajar di sekolah, kareana sebagian besar sarana dan prasarana pendidikan mulai SD hingga SMA terkena dampak bencana tersebut.
Menurut dia, dari sisi fasilitas fisik, banyak sekolah yang kondisinya hancur dan rusak berat. Berdasarkan data sekitar 80 persen sekolah di Bantul mengalami kondisi hancur dan rusak berat, dan 10 persen d Sleman. “Sedangkan di wilayah Klaten hampir 30 persen sekolah mengalami kondisi serupa. Kondisi itu mengakibatkan fasilitas fisik sekolah tidak mungkin digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar secara normal,” katanya.
Ia menambahkan, dari sisi kondisi guru dan pegawai sekolah, korban yang meninggal memang tidak begitu signifikan. Namun secara mental banyak guru dan pegawai sekolah yang mengalami kondisi kurang menguntungkan. Kondisi itu disebabkan banyak trauma mereka yang luluh lantak akibat peristiwa gempa. Sebagian besar mereka saat ini dalam status sebagai pengungsi yang masih harus menetap di tenda.
“Selain itu, pengalaman traumatis dan pengalaman untuk berusaha bertahan hidup masih mereka rasakan. Kondisi itu tentunya membuat mereka mengalami tekanan mental yang cukup berat,” katanya.
Sementara itu Dr MG Adiyanti menekankan perlu adanya pelatihan pendidikan ketrampilan menghadapi gempa. Selama ini masyarakat hanya memperoleh informasi tentang bencana. Misalnya, jika gunung Merapi akan meletus, masyarakat harus menyingkir. “Tapi tidak pernah diberikan bagaimana hidup dalam suasana situasi darurat, situasi gempa. Apa yang harus dibawa dan persiapkan. Selama ini paling persiapan kalau terjadi kebakaran.â€, tandas Adiyanti yang berharap tidak hanya pelatihan namun dilengkapi dengan simulasi (Humas UGM)