![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/0609191567763994346749743-766x510.jpg)
Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (GTP UGM) menyelenggarakan pertemuan bersama para siswa, mahasiswa dan warga Papua yang ada di Yogyakarta, Minggu (8/9). Acara yang diadakan di kediaman Ketua GTP, Bambang Purwoko, juga dihadiri oleh Mensesneg, Pratikno, serta Yenny Wahid dari Wahid Institute.
Ketua GTP UGM, Bambang Purwoko, mengatakan pertemuan ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada pelajar dan mahasiswa Papua yang berada di Yogyakarta. Pertemuan tersebut sekaligus untuk membuktikan bahwa Yogyakarta sebagai kota pelajar tetap aman dan nyaman bagi semua orang, termasuk untuk orang Papua.
“Kondisi ini harus dijaga oleh semua pihak agar tidak mudah terprovokasi oleh berbagai berita miring atau hasutan-hasutan yang sengaja disebar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,”papar Bambang.
Pertemuan ini, kata Bambang, dihadiri sekitar 70 orang yang berasal dari Kabupaten Puncak, mahasiswa Kabupaten Mappi, dan persekutuan anggota muda Gereja Eklesia Ilaga (Puncak Papua) yang dipimpin oleh Pendeta Lea Rumayauw.
Bambang juga menjelaskan bahwa para siswa dan mahasiswa Papua yang didampingi oleh GTP UGM ini adalah putra-putri terbaik yang diseleksi secara khusus dari Papua. Mereka diharapkan akan menjadi pemimpin-pemimpin yang andal, baik untuk Papua maupun untuk Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Mensesneg, Pratikno, banyak memberikan motivasi kepada para siswa dan mahasiswa tentang pentingnya menggapai cita-cita dengan ketekunan, kerja keras, dan disiplin.
Pratikno bercerita tentang masa kecilnya yang penuh dengan keterbatasan, seperti belum ada listrik, tidak memiliki buku sekolah, jalanan becek, dan sepeda yang rodanya dipenuhi lumpur. Baginya, keterbatasan adalah peluang untuk maju.
“Semoga para siswa dan mahasiswa Papua di Yogyakarta bisa menjadi manusia-manusia tangguh yang pantang menyerah menghadapi berbagai tantangan dan rintangan,”harap Pratikno.
Senada dengan itu, Yenny Wahid menilai orang Papua harus memiliki kebanggaan karena memperoleh banyak kekhususan. Orang Papua bisa menjadi pemimpin di Papua dan wilayah lain di Indonesia, bahkan bisa menjadi presiden Indonesia. Sedangkan orang di luar Papua, tidak mungkin bisa menjadi pemimpin di Papua.
“Saya berharap pelajar dan mahasiswa Papua yang ada di Yogyakarta besok bisa sukses dan menjadi pemimpin pembangunan di Papua,”kata Yenny.
Yenny menekankan pentingnya menjaga kedamaian, persatuan dan persaudaraan. Dia mengatakan akan terus merangkul semua saudara-saudara dari Papua. Dia juga akan terus memastikan bahwa tidak akan ada lagi diskriminasi terhadap orang Papua.
Ia juga mengajak agar siswa dan mahasiswa Papua untuk memiliki kemampuan literasi digital yang baik sehingga bisa memahami berita-berita di medsos secara proporsional sehingga tidak mudah terpengaruh dan terpecah belah. (Humas UGM/Satria;foto: Bambang P)