Fakultas Peternakan UGM bekerja sama dengan Indonesia Children Care Community (IC3) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyelenggarakan “Seminar Konsumsi Protein Hewani & Nabati Demi Anak Sehat, Tumbuh, & Cerdas”. Seminar yang terselenggara pada Sabtu (7/9) di Auditorium drh. R. Soepardjo, Fapet UGM ini diadakan dalam rangka Lustrum ke-10 fakultas tersebut.
Prof. Dr. Ir. Ali Agus., DAA., DEA., IPU., selaku Dekan Fapet UGM dalam sambutannya menyatakan bahwa tema tadi diangkat karena beberapa alasan. Salah satunya adalah untuk menyiapkan generasi muda yang kuat dan cerdas untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Pembangunan generasi muda tersebut, menurutnya, dapat dimulai dengan menyiapkan nutrisi bagi anak-anak.
“Penyediaan pangan meliputi banyak hal, seperti jumlah, mutu, ketersediaan, dan kelangsungan proses produksinya pula,” ungkapnya.
Senada dengan Ali, Fitrianna Cahyaningrum, S.P., M.Si.,, perwakilan dari BPOM, menyatakan bahwa perbaikan asupan nutrisi bagi generasi muda saat ini penting jika ingin mencapai target Indonesia Emas 2045. Hal itu karena kini berdasarkan data Studi Diet Total, sebesar 30 persen balita Indonesia mengalami stunting atau pertumbuhannya tidak optimal. ”Persentase tersebut berada di atas rata-rata dunia yang diperoleh WHO, yakni sebanyak 20 persen,” ujarnya.
Fitrianna menyebut bahwa stunting biasanya terjadi pada anak karena tidak seimbangnya asupan gizi, utamanya kurangnya zat protein. Berdasarkan data tadi juga ditemukan bahwa kekurangan gizi ini terjadi pada usia 13-18 tahun. “Padahal, rentang tersebut merupakan fase vital bagi seseorang dalam masa pertumbuhannya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Fitrianna ingin gerakan konsumsi Empat Sehat Lima Sempurna dapat digalakkan kembali. Hal itu karena fase pertumbuhan manusia berbeda-beda tergantung kebutuhannya, jadi pada akhirnya tidak hanya protein saja yang utama. “Dengan menggalakkan kembali gerakan tersebut maka akan mengoptimalkan pertumbuhan para pemuda harapan Indonesia,” terangnya.
Terakhir, Fitrianna berharap agar gerakan ini mendapat dukungan dari pemerintah. Menurutnya, edukasi yang dijalankan oleh IC3 dan BPOM ini tidak akan berhasil jika pemerintah tidak turut serta. “Pemerintah memegang peran penting dengan kebijakannya. Kebijakan tersebut dapat berupa jaminan agar tiap masyarakat mendapat makanan yang cukup dan bergizi. Selain itu, pemerintah juga dapat merangkul industri agar mendukung peningkatan gizi ini menuju generasi emas Indonesia 2045,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)