
Pusat Informasi Obat (PIOMA) UGM bekerja sama dengan Program Studi S3 Ilmu Farmasi UGM menyelenggarakan Seminar Nasional “Manajemen Kesehatan Mental di Era Revolusi Industri 4.0” pada Minggu (8/9) pagi di University Club, UGM. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Pharmadays 2019 di samping Kompetisi Kefarmasian yang terdiri dari Lomba Poster dan Olimpiade Kefarmasian.
Tema tersebut dipilih karena melihat semakin banyaknya kasus kesehatan mental yang terjadi di Indonesia. Namun, masyarakat Indonesia secara umum masih awam terhadap masalah kesehatan mental. Bahkan, secara umum masyarakat Indonesia masih memandangnya dengan stigma buruk bagi penderitanya.
Oleh karena itu, Amellia Rosemerin Erson, selaku ketua panitia, menyebut bahwa seminar ini bertujuan untuk memberi edukasi yang lebih tentang kesehatan mental secara umum, dan manajemen penanganannya secara khusus. “Dengan demikian, masyarakat Indonesia bisa melakukan tindakan preventif serta penanganan yang lebih tepat jika terjadi kasus kembali,” ujarnya.
Amellia juga menyebut bahwa penanganan terhadap kesehatan mental ini juga salah satu Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang diusung oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). “Perbaikan ini juga salah satu jalan agar Indonesia bisa mencapai SDGs tersebut. Dengan hal itu, posisi Indonesia akan lebih kuat di dunia Internasional,” ujarnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, S.Si., M.Si., Apt., Dekan Fakultas Farmasi UGM. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia juga mengejar target Generasi Emas 2045. Namun, ia juga memperingatkan bahwa target tersebut nantinya juga diiringi dengan Bonus Demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif yang terbesar.
“Bonus Demografi jika ditangani dengan benar yang ditandai akan membuat negeri ini untung. Namun, jika tidak ditangani secara salah, hanya akan menambah jumlah pengangguran sehingga bisa meningkatkan banyak risiko kejahatan dan kerugian-kerugian lainya. Penanganan yang salah juga akan menyebabkan sebagian besar usia produktif tadi rentan terkena penyakit mental. Oleh karena itu, manajemen kesehatan mental menjadi vital untuk menyongsong 100 tahun kemerdekaan tadi,” paparnya.
Oleh sebab itu, Agung mengapresiasi tema yang diangkat Pharmadays 2019 ini. Ia menyatakan bahwa isu-isu yang diangkat oleh Pharmadays selalu aktual terhadap kondisi masyarakat Indonesia. Dengan demikian, solusi-solusi yang tepat guna selalu hadir pula tiap tahunnya. “Semoga kegiatan ini akan terus membawa manfaat terhadap bangsa dan negara Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)