Memperingati ulang tahun ke-50, Museum Biologi yang berada di Jalan Sultan Agung 22 Kota Yogjakarta mengadakan Open House dan Launching Koleksi Flora. Open house akan berlangsung selama 5 hari, 16-20 September 2019 untuk umum dan tidak dipungut biaya (gratis).
Dalam rangkaian ulang tahun emasnya, Museum Biologi juga mengadakan seminar dengan mengangkat tumbuhan khas dan langka. Seminar yang akan digelar pada Sabtu, 21 September 2019 menghadirkan pembicara Prof. Purnomo, dosen di laboratorium sistematika tumbuhan yang akan menerangkan secara detail jenis tumbuhan khas dan langka beserta fungsinya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., saat open house mengungkapkan menapaki usia emasnya Museum Biologi diharapkan menuju pada kecermelangan sebagai pusat pendidikan, riset dan pengabdian pada masyarakat terkait keanekaragaman hayati.
Menurut Ika museum berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan manusia. Manusia dalam kehidupannya semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan kebudayaan. Museum Biologi UGM seperti museum-museum besar lainnya yang ada di dunia memiliki tugas untuk menyimpan, melestarikan dan menyebarluaskan jejak serta memori sejarah dan kebudayaan serta pengetahuan tentang keanekaragaman hayati Indonesia.
“Kita yang hidup dan tinggal di wilayah yang kaya raya dan menjadi megabiodiversitas dunia harus senantiasa mengembangkan riset-riset yang berkaitan dengan konservasi, preservasi, kurasi, science dan teknologi yang relevan lainnya agar jejak memori dan pengetahuan tentang kekayaan keanekaragaman hayati milik kita dapat disimpan dengan baik dalam big data ilmu pengetahuan. Dengan begitu, akan dapat dirujuk oleh semua bangsa di dunia untuk kesejahteraan umat manusia sehingga dapat disebarluaskan pada masyarakat,” katanya, di Museum Biologi UGM, Senin (16/9) saat membuka dimulainya open house.
Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., menambahkan koleksi yang ada di Museum Biologi cukup banyak. Mengingat sifatnya sebagai media dan sarana bagi penguatan Tridarma perguruan tinggi, wahana dan sarana bagi pendidikan maka Museum Biologi dijadikan sebagai salah satu obyek untuk pendidikan, khususnya sistematika tumbuhan dan sistematika hewan.
“Karenanya setiap semester mahasiswa Biologi UGM wajib untuk berkunjung ke Museum Biologi UGM. Ada banyak koleksi, bahkan beberapa peneliti di dunia dalam beberapa tahun ini datang kesini untuk mengamati baik yang prasejarah, sejarah,” katanya.
Budi menuturkan dari museum semua bisa direfleksikan dan bisa dilihat dengan pasti adanya aktivitas manusia. Sementara dari beberapa koleksi yang dimiliki beberapa diantaranya tidak dapat diketemukan.
“Ini tentu menjadi alarm, pengingat bahwa kita harus mampu tidak hanya menjaga, memanfaatkan keanekaragaman hayati, tetapi yang lebih penting bagaimana kita bisa melestarikan itu untuk anak cucu kita,” tuturnya.
Sementara itu, Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc, Kepala Museum Biologi UGM, berharap masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan berkunjung ke Museum Biologi selama 1 minggu gratis. Sebab, selama seminggu tersebut akan ditampilkan tumbuhan khas dan hewan langka di Yogyakarta.
“Ini tentu bisa menjadi wisata edukasi karena koleksi kami bisa untuk menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang kegunaan dari tumbuhan langka khas Yogya,” katanya.
Open house berlangsung cukup ramai karena dihadiri pelajar SD, SMP dan SMA di seputar Museum Biologi untuk melihat secara langsung koleksi terbaru yang dimiliki. (Humas UGM/ Agung)