![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/22091915691104951065490194-765x510.jpg)
Dewan Guru Besar UGM bersama Gerakan Pramuka menyelenggarakan Simposium Nasional Nilai-nilai Ke-UGM-an dan Nilai-nilai Kepramukaan, Sabtu (21/9) di Auditorium Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Mengusung tema UGM dan Gerakan Pramuka Sebagai Benteng Penjaga Pancasila, simposium ini menegaskan kembali peran serta komitmen keduanya dalam menjaga dan memperkuat posisi Pancasila sebagai ideologi bangsa.
“Dengan sinergi UGM dengan Gerakan Pramuka, kita akan menyosialisasikan dan menunjukkan bahwa Pancasila yang akan menguatkan kita semua dan mempercepat jalan Indonesia menuju kejayaannya,” tutur Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU.
Sebagai institusi yang bergerak di bidang pengembangan keilmuan, UGM harus bisa menguraikan dan memaparkan Pancasila secara keilmuan. Ia pun mengajak para peserta simposium untuk mempelajari Pancasila dalam taraf yang lebih implementatif agar masyarakat dapat sungguh-sungguh menyadari bahwa Pancasila adalah dasar negara yang terbaik.
“Ketika berdiskusi dengan ideologi-ideologi lain, kita harus bisa duduk dalam satu meja dan menunjukkan bahwa ideologi Pancasila itu lebih bagus dari ideologi mana pun,” ucapnya.
Dr. Bachtiar, S.IP, MAP yang menjadi pembicara kunci memberikan paparan terkait Pramuka sebagai benteng Pancasila. Ia menyebut ada lima tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan ke depan, salah satunya agenda kebangsaan yang harus merespons globalisasi dengan segala implikasinya di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Salah satu sasaran akhir dari pendidikan kepramukaan, ujarnya, adalah mencetak generasi muda yang berwawasan nasionalisme, cinta tanah air, dan semangat bela negara.
“Marwah pramuka tidak boleh hilang. Nasionalisme, cinta tanah air, dan semangat bela negara selalu melekat dalam setiap kegiatan kepramukaan dan itu terus kita sampaikan dan kita dorong,” kata Bachtiar.
Dalam simposium ini, ia berbicara tentang Dasa Karya, Pancasila, bela negara, cinta tanah air, Tri Satya, serta Dasa Dharma. Nilai-nilai ini, ujarnya, menjadi dasar bagi perubahan sikap dan perilaku, yang berkaitan pula dengan tujuan Revolusi Mental.
“Apabila butir-butir ini dapat dijadikan sebagai perubahan sikap dan perilaku maka pada akhirnya akan tercapai eksistensi Gerakan Pramuka sebagai pencetak kaum muda yang berkarakter, terutama Gugus depan berpangkalan di perguruan tinggi sebagai ujung tombak pembentukan kepribadian dan budi pekerti generasi penerus bangsa,” jelasnya.
Ketua DGB UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., menyebutkan bahwa UGM merupakan universitas yang menetapkan pendirian dan pandangan hidupnya berdasarkan Pancasila.
“Sebagai lembaga atau gerakan pendidikan benteng Pancasila, kita wajib bersinergi dan pantang menyerah mengobarkan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan,” tuturnya. (Humas UGM/Gloria)