![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/2409191569297680462429661-825x463.jpg)
Perkembangan penggunaan energi terbarukan di Denmark saat ini memegang porsi cukup besar. Porsi penggunaan energi terbarukan tersebut mencapai lebih dari 40 persen dari total suplai energi.
Thomas Capral Henriksen (Head of Energy Cooperation, The Embassy of Denmark in Indonesia) mengaku tidak mudah merubah pola penggunaan energi menuju energi terbarukan di Denmark. Menurutnya, perlu waktu 40 tahun untuk mengajak masyarakat menggunakan energi terbarukan sebagai gerakan dan kesadaran nasional.
“Sebagai gerakan dan kesadaran nasional ini dimulai sejak 40 tahun lalu. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utamanya kala itu,” ujar Thomas Capral pada Seminar Nasional “Pengembangan Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia dalam Mencapai Komitmen Indonesia Atas Target Bauran Energi Baru Terbarukan 23% di Tahun 2025”, di Crystal Lotus Hotel, Yogyakarta, Minggu (15/9).
Dalam kesempatan ini, Thomas menjelaskan secara rinci soal kebijakan nasional pengembangan energi terbarukan dan realisasinya. Ia menjelaskan pula soal pengelolaan wind power energy di Denmark dan kerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam pengembangan Energi Terbarukan.
Seminar Nasional “Pengembangan Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia dalam Mencapai Komitmen Indonesia Atas Target Bauran Energi Baru Terbarukan 23% di Tahun 2025” diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (KMTNTF) Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada sebagai puncak acara EPSILON 2019. Seminar menghadirkan narasumber andal di bidangnya, antara lain Thomas Capral Henriksen (Head of Energy Cooperation, The Embassy of Denmark in Indonesia), Harris, S.T., M.T. (Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia) dan Dr. Suparman (Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir (PKSEN) BATAN). Sedangkan bertindak selaku moderator Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., panelis bidang energi pada debat kedua calon Presiden RI 2019 sekaligus Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada.
Harris menambahkan soal pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sangat dibutuhkan. Secara panjang lebar ia jelaskan pula tentang sumber energi baru dan terbarukan yang dimiliki oleh Indonesia serta dukungan pemerintah terhadap perkembangannya dalam rangka menggapai target 23 persen di tahun 2025.
Sementara itu, Suparman dalam kesempatan ini berbicara dengan mengangkat materi berupa Potensi Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir sekaligus tantangannya. Ia jelaskan secara runtut perjalanan energi nuklir di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1970-an dengan berbagai faktor pendukung dan penghambatnya.
Penyelenggaraan seminar nasional ini sekaligus menandai berakhirnya rangkaian kegiatan EPSILON 2019 berupa Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) untuk pelajar Indonesia baik tingkat universitas maupun SMA/Sederajat dan perlombaan olimpiade “Olympiad of Mathematics and Physics EPSILON (OMICRON)” yang diikuti oleh SMA/Sederajat. Adapun hasil kejuaraan sebagai berikut : LKTI tingkat perguruan tinggi juara 1-3 berturut-turut yaitu Wargatiga (Institut Teknologi Bandung), Man Jadda Wa Jada (Universitas Sriwijaya), Tres Pueros (Institut Teknologi bandung).
Untuk LKTI tingkat SMA sederajat, juara 1 Biling (SMA Al Hikmah Surabaya), juara 2 Kumara Smanela (SMA Negeri 5 Denpasar) dan juara 3 MA Negeri 3 Banyuwangi (MA Negeri 3 Banyuwangi). Sedangkan OMICRON, juara 1 MA Negeri 2 Kota Malang, juara 2 SMA Kolase De Britto Yogyakarta dan juara 3 SMA Negeri 9 Yogyakarta. (Humas UGM/ Agung)