Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, PT Unilever Indonesia Tbk. melalui brand Pepsodent berkolaborasi dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi lndonesia (AFDOKGI) kembali menggelar Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN). Dalam pelaksanaan BKGN di tahun kesepuluh ini Pepsodent menginisiasi gerakan “Indonesia Tersenyum”.
“Tema Gerakan “lndonesia Tersenyum” sekaligus merayakan kesuksesan 10 tahun BKGN. Bulan Kesehatan Gigi kali ini mengajak semua orang, khususnya masyarakat kota Yogyakarta dan sekitarnya menjadi ‘Pahlawan Senyum’ guna mewujudkan Indonesia bebas gigi berlubang,” ujar Drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, di FKG UGM, Rabu (2/10).
Menurut Ratu Mirah, gigi berlubang masih menjadi masalah besar di Indonesia. Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan 88,8 persen masyarakat Indonesia memiliki masalah gigi berlubang.
Bahkan, permasalahan ini juga dialami oleh 92,6 persen anak Indonesia berumur 5 tahun. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan mengingat kondisi gigi susu sangat memengaruhi kondisi dan struktur gigi permanen di masa mendatang.
”Karenanya masih dibutuhkan edukasi berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia untuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara konsisten. BKGN tahun ini Pepsodent memulai gerakan ‘Indonesia Tersenyum’ untuk membebaskan senyum keluarga Indonesia dari gigi berlubang. Dalam gerakan ini, tentunya kami merangkul kontribusi dari seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.
Ratu Mirah menambahkan dalam mendukung gerakan ‘Indonesia Tersenyum’, Pepsodent percaya bahwa setiap orang dapat menjadi ‘Pahlawan Senyum’ dengan caranya masing-masing. Mulai dari tenaga medis gigi, mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi, orang tua, guru di sekolah, bahkan anak-anak memiliki peran penting untuk melindungi senyum keluarga Indonesia, kapan pun dan dimana pun.
“Digelar di 24 Fakultas Kedokteran Gigi dan 40 cabang PDGI di berbagai wilayah Indonesia hingga Desember mendatang, BKGN 2019 memiliki target menjangkau 64.000 orang. Kami ajak masyarakat di Yogyakarta untuk berpartisipasi sehingga kita dapat bersama-sama membuat ‘Indonesia Tersenyum’ dengan |ebih sehat,” harapnya.
Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp. Perio (K), Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada (FKG UGM), menuturkan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam merawat kesehatan gigi dan mulut merupakan tanggung jawab bersama yang masih perlu dibenahi. Khusus di wilayah DI Yogyakarta, data Riskesdas 2018 menunjukkan baru 6 persen masyarakat menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu dua kali sehari setelah sarapan dan sebelum tidur.
Sementara itu, DI Yogyakarta menempati posisi kelima tertinggi untuk prevalensi permasalahan gigi dan mulut, yaitu sebesar 65,6 persen dan sebanyak 93,5 persen masyarakat DI Yogyakarta tidak pernah berkunjung ke tenaga medis gigi.
“Dengan begitu BKGN 2019 DI Yogyakarta menjadi momen tepat bagi masyarakat untuk memulai kebiasaan baik merawat kesehatan gigi dan mulut,” Katanya.
Oleh karena itu, mulai hari Rabu 2 Oktober sampai 24 Oktober 2019, para dokter gigi berpengalaman RSGM dan mahasiswa FKG UGM siap memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, mereka memberikan edukasi menyikat gigi pada waktu yang tepat, serta anjuran untuk membiasakan berkunjung ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.
Sembilan tahun penyelenggaraan BKGN telah memberi manfaat kepada 250.000 masyarakat Indonesia. Lebih dari 100 PDGI Cabang dan 23 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) di seluruh Indonesia, 14.250 dokter gigi dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, berhasil terlibat dalam kolaborasi dengan Pepsodent untuk pelaksanaan kegiatan ini.
Salah satu yang membedakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional tahun ini adalah keterlibatan tim Dongeng Kesehatan Gigi (Dokegi) yang beranggotakan Aulia Ayub, S. KG., Himma Afiakhassifa, S. KG., dan Kukuh Eko Prabowo. Ketiga mahasiswa dan mahasiswi berprestasi dari FKG UGM ini melakukan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada anak, khususnya anak-anak PAUD, dengan berdongeng menggunakan buku yang dilengkapi aplikasi pop-up.
“Kami percaya bahwa permasalahan gigi berlubang dapat diatasi dengan menanamkan kebiasaan baik untuk merawat kesehatan gigi dan mulut sedari dini. Maka dari itu, agar anak-anak dapat mudah memahami pentingnya hal ini, kami coba menyesuaikan pendekatan edukasi menjadi lebih komunikatif dan interaktif,” ucap Aulia.
Dengan cara ini, katanya, anak-anak sangat senang, sebab penjelasan dilakukan dengan cara yang berbeda yaitu bercerita sembari berinteraksi menggunakan buku pop-up sehingga ketika kegiatan berlangsung mereka menjadi penasaran, tertarik dan tidak cepat bosan terhadap topik edukasi yang kami sampaikan.
“Program ini memiliki potensi untuk memberikan dampak jangka panjang karena para tenaga pengajar juga sangat mengapresiasi konsep ini dan terinspirasi dalam memberikan edukasi kepada anak-anak dengan cara yang menyenangkan,” ujarnya. (Humas UGM/ Agung)