Tim penelitian Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan (SPH) menginisiasi pengembangan dan implementasi strategi budi daya ikan wader pari.
Inisiasi ini dilakukan sebagai salah satu bentuk pengabdian yang berdampak langsung kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian ikan wader pari yang telah menjadi salah satu komoditas pangan dan sumber mata pencaharian bagi banyak warga.
“Ikan wader pari dipilih untuk pengembangan budi daya karena ikan wader pari adalah ikan asli Indonesia yang memiliki potensi ekonomi yang besar,” tutur Dr. Bambang Retnoaji, M.Sc. selaku ketua tim peneliti, Rabu (2/10).
Ia mengungkapkan, saat ini banyak dijumpai usaha kuliner yang menjual ikan wader yang dianggap mempunyai rasa lebih enak dan diminati banyak kalangan. Meski demikian, tingginya permintaan terhadap ikan wader menjadikan upaya eksploitasinya sangat tinggi.
Eksploitasi yang terus menerus belum diimbangi dengan upaya konservasi yang tepat, menurutnya, mengancam keberadaan ikan wader yang saat ini sudah semakin jarang ditemukan.
Penelitian wader pari diawali tahun 2013 oleh tim peneliti yang terdiri dari staf pengajar laboratorium SPH dan didukung oleh dana BOPTN Fakultas Biologi UGM yang diketuai Bambang, dan selanjutnya tahun 2014 dibentuk tim pelaksana lapangan yang dipimpin oleh Lutfi Nur Hidayat M.Sc., untuk memulai penelitian ikan wader pari.
Ikan wader pari, jelasnya, memiliki potensi ekonomi yang besar karena memiliki masa pemeliharaaan yang relatif pendek 6-8 minggu, tidak memerlukan lahan yang luas untuk bertumbuh dan berkembang, dan sangat adaptif dengan lingkungan perairan lokal serta tahan terhadap perubahan lingkungan dan gangguan penyakit.
“Harga ikan wader pari cukup menjanjikan. Harga ikan wader mentah saat ini menembus 30.000/Kg, sedangkan harga ikan wader goreng dalam kemasan mencapai 150.000 rupiah/kg di pasaran,” terangnya.
Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2014 ini mengalami progres yang cukup signifikan, mulai dari pemeliharaan wild type fish, kemudian pemijahan, pengembangbiakan larva, pembesaran benih sampai menjadi indukan dalam skala laboratorium, kemudian dilanjutkan pada skala semi massal dengan kolam outdoor sampai kepada budi daya massal dengan menjalin kerja sama dengan beberapa petani lokal untuk membudidayakan ikan wader pari.
Saat ini laboratorium Fakultas Biologi UGM bermitra dengan Kelompok Tani Santan Mina Lestari dengan didanai oleh dana pengabdian dari Kemenristek DIKTI tahun 2019, berhasil melakukan budi daya ikan wader pari skala massal.
“Dengan kemitraan ini, tim peneliti mampu melakukan pemijahan, pembesaran dan penyediaan larva, pembesaran dan penyediaan benih siap tebar. Pemeliharan dan penyediaan ikan siap panen usia satu sampai dua bulan, dan penyediaan indukan usia enam sampai delapan bulan,” imbuh Bambang.
Untuk pengembangan lanjut, saat ini dilakukan sertifikasi pembenihan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sleman untuk menjaga kualitas wader yang konsisten dari waktu-kewaktu. Jalinan kerja sama dengan DKP ini mengawali rencana besar road map project pengembangan ikan wader pari di Area Yogyakarta.
Kerja sama pertama dilakukan dengan mendistribusikan indukan hasil pembesaran di kolam pembenihan massal kepada beberapa balai pembenihan ikan, seperti balai pembenihan di Bejiharjo, Cangkringan, dan Wonocatur, sehingga ikan wader pari bisa menjadi trademark dari Fakultas Biologi UGM, dengan cara membuat seluruh petani ikan di Yogyakarta mau membudidayakan ikan wader pari.
“Yang harus dipikirkan selanjutnya adalah meningkatkan nilai jual ikan wader pari dengan cara diolah menjadi keripik wader. Oleh karena itu, iniasiasi kerja sama berikutnya yang dilakukan adalah kerja sama dengan pihak UMKM pembuat keripik ikan wader di derah Kulon Progo,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)