Balai Arkeologi DIY banyak melakukan kegiatan penelitian peninggalan benda purbakala. Saat melakukan penggalian dan pengembangan arkeologi, tidak jarang menemukan fosil, artefak dan relief yang menyerupai tanaman dan hewan yang pernah ada di masa lampau. Untuk membantu identifikasi flora dan fauna purba tersebut, Balai Arkeologi menjalin kerja sama dengan Fakultas Biologi UGM.
Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama tersebut dilakukan oleh Kepala Balai Arkeologi DIY, Sugeng Riyanto, dengan Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Dr. Budi Daryono, di sela-sela kegiatan Konferensi Internasional Biologi ke-6 yang berlangsung di Hotel Eastparc Yogyakarta, Kamis (10/10).
Wakil Dekan Bidang Pengabdian Masyarakat dan Kerja Sama Fakultas Biologi UGM, Dr. Eko Agus Suyono, M.App.Sc., kepada wartawan mengatakan kerja sama ini akan dilakukan dalam bentuk pengirima tim ahli biologi dari UGM dalam kegitan penelitian dan pengembangan arkeologi di DIY. Selain itu, peneliti dari Badan Arkeologi akan melakukan magang di Fakukltas Biologi UGM. “Ada beberapa situs arkeologi yang banyak terdapat makhluk hidup, fosil dan relief yang menggambarkan tanaman atau hewan yang perlu diidentifikasi,” kata Eko Agus.
Melalui proses identifikasi ini, menurut Eko Agus, nantinya akan melibatkan para ahli biologi dan peneliti arkeologi untuk mengetahui jenis flora dan fauna yang ada di masa lalu. “Nantinya kita bisa merekonstruksi kehidupan saat itu, ternasuk misalnya serbuk sari zaman purba atau tanaman yang hidup di masa lalu, baik bentuk fosil atau artefak,” katanya.
Ketua Panitia Konferensi Internasional Biologi ke-6, Dr. hendry Saragih, mengatakan sebanyak 200 peneliti dari tujuh negara akan memaparkan hasil penelitian mereka di bidang biologi. Beberapa peneliti berasal dari Jerman, Jepang, Malaysia, Filipina dan Amerika. “Ada pemaparan 200 hasil riset tentang biologi. Mereka memaparkan penelitian keanekaragaman hayati yang kini terancam dan rusak oleh ulah manusia,” kata Hendry.
Hendry menyebutkan beberapa peneliti dari Indonesia memaparkan berbagai penelitiannya mengenai jenis flora dan fauna yang masih ada di tanah air dan merekomendasikan untuk dikonservasi. “Ada yang meneliti genetik ikan endemik di Danau Lebo Sumbawa, catatan fosil rusa Jawa, kajian ekologi badak Jawa hingga kajian genetik Gajah Sumatera,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)