Sebanyak 112 penghargaan kembali diberikan oleh UGM kepada para insan berprestasinya dalam rangka Dies Natalis ke-70. Mereka adalah mahasiswa, dosen, tendik, alumni maupun unit kerja dari UGM yang telah berprestasi baik di tingkat internasional, nasional, maupun dalam universitas sendiri. Penganugerahan tersebut diberikan dalam malam Anugerah Insan UGM Berprestasi 2019 yang diselenggarakan pada Rabu (16/10) malam di Balairung.
Drs. Gugup Kismono, MBA., Ph.D., Sekretaris Rektor, dalam laporannya menyatakan bahwa anugerah ini sebenarnya tidak sepadan dengan apa yang telah diberikan para penerima penghargaan dalam mengharumkan nama UGM maupun Indonesia. Namun, ia menyebut penghargaan tersebut tetap diberikan untuk lebih memotivasi mereka.
“UGM besar bukan karena jumlah sivitas serta alumninya, UGM besar berkat keterampilan tangan, kreativitas otak, kerendahan hati, serta spirit pengabdian untuk bangsa dari bapak, ibu, dan adik-adik sekalian,” kata Gugup.
Sementara itu, salah satu alumni UGM, yakni Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, M.Sc., Psikolog., mengungkapkan rasa terima kasihnya atas penghargaan yang telah diberikan kepadanya. Ia menerima penghargaan Alumni Muda Berprestasi atas pengabdiannya dalam bidang pergerakan sosial.
Wanita yang akrab disapa Alissa Wahid ini menyebut tidak sedikit alumni yang juga bergerak di bidang yang sama dengan dirinya. Ia menyebut hal itu tidak lain karena di UGM mereka tidak hanya memperoleh ilmu berdasarkan masing-masing jurusan, melainkan juga mendapat nilai-nilai, seperti keadilan dan inklusivitas. Anugerah ini, menurutnya, merupakan angin segar bagi kalangannya tersebut.
“Pekerjaan saya ini bukan bidang yang kompetitif. Hal itu artinya tidak ada standar pasti untuk mengukurnya sehingga tidak ada angka pasti dalam menentukkan siapa lebih baik. Maka dari itu, penghargaan ini menunjukkan bahwa usaha kami dalam pergerakan sosial dihargai,” paparnya.
Oleh karena itu, Alissa berharap penghargaan ini menjadi motivasi kepada mahasiswa yang kini aktif maupun alumni untuk tidak takut memiliki idealisme. “Mahasiswa adalah jembatan antara idealitas yang dibangun selama bangku kuliah dengan realitas sebenarnya di masyarakat. Selain itu, mahasiswa kuliah juga karena mendapat dukungan dari pajak rakyat. Jadi, sudah sepantasnya ilmu yang mahasiswa peroleh juga harus dikembalikan ke rakyat,” pesannya.
Pandangan tersebut didukung oleh Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng. Ia berharap agar para pemenang, termasuk mahasiswa, menjadi agent of change. Jika nanti kembali ke fakultas, unit, atau lingkungannya, ia ingin agar para pemenang tersebut dapat menjadi motivator bagi rekan-rekannya. Dengan demikian, akan lebih banyak lagi insan UGM yang berprestasi.
“Penghargaan tidaklah berarti apa-apa karena prestasi yang diraih tidak hadir begitu saja. Prestasi merupakan hasil kerja keras, ketekunan, doa, serta dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Mari kita perbanyak lagi kontribusi untuk kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia tercinta ini,” urai Panut. (Humas UGM/Hakam;foto: Firsto)