Seusai mengikuti acara peletakan batu pertama gedung Integrated F!orest Farming Learning Center (IFFLC), pria tua itu tampak kebingungan mencari seseorang di lobi Gedung B Fakultas Kehutanan UGM. Tidak lama setelahnya, dengan ditemani oleh salah satu mahasiswanya dahulu, ia akhirnya bertemu dengan orang yang dicarinya tadi.
Pria tersebut adalah Ir. Kasmudjo, M.S., yang selama ini disalahsangka sebagai Dosen Pembimbing Skripsi Presiden Joko Widodo.
“Banyak wartawan salah menulis hal itu. Tentu benar saya terlibat dalam skripsi beliau, lah wong saya dosen pembimbing akademiknya,” ujarnya sembari berkelakar.
Kasmudjo kemudian bercerita pengalamannya selama membimbing pria yang akrab disapa Jokowi ini pada kurun waktu kuliah, yakni tahun 1980-1985. Menurutnya, Jokowi adalah tipe mahasiswa yang disiplin dan teliti. Meskipun ia menyebut rata-rata mahasiswa pada zaman itu juga seperti itu.
Namun, ia menekankan perbedaan Jokowi dengan mahasiswa lainnya waktu itu adalah tingkat kerajinannya.
“Saya ingat ia dulu sering nglaju Solo-Jogja pas longgar, hanya untuk membantu usaha mebel keluarganya. Saya beberapa kali juga kerap dimintai bantuan ketika ia mengalami kesulitan.
“Sosok Jokowi yang saya kenal dulu ya seperti itu. Walau memang seperti yang dibilangnya di media-media bahwa saya dulu galak,” paparnya kembali.
Cerita Kasmudjo berlanjut ketika Jokowi sudah menjadi pejabat, baik walikota, gubernur, maupun presiden. Semasa itu, ia menyatakan beberapa kali bertemu dengan Jokowi. Hal itu tepatnya dua kali semasa beliau menjabat walikota, dua kali semasa gubernur, dan tiga kali semasa presiden.
“Kebanyakan dari pertemuan-pertemuan tersebut biasanya saya diundang. Seperti pernah ketika datang ke UGM, ia meminta untuk ditemani saya. Selain itu, dua kali saya ingat menghadiri pernikahan anaknya,” ungkapnya.
Pengalaman serupa juga dialami Ir. Adriana, MP., teman seangkatan Jokowi. Wanita yang akrab disapa Ana ini bahkan menyatakan sejak sebelum menjadi pejabat, ia bersama teman-teman seangkatannya sering diajak oleh Jokowi untuk sekadar makan bersama.
“Jokowi memang suka ngajak kumpul. Saya ingat dulu waktu masih bekerja di PT Kertas Kraft Aceh, ia pernah meminta saya untuk mengumpulkan kawan-kawan seangkatan. Katanya mau bernostalgia begitu. Terakhir, kami diundang ke istana beberapa waktu yang lalu,” tutur dosen Fakultas Kehutanan UGM ini.
Menurut Ana, kebiasaan Jokowi tersebut mungkin terbentuk sejak mahasiswa dulu. “Di Fakultas Kehutanan, kami biasa bersama-sama di hutan untuk kuliah lapangan. Hal itu membentuk ikatan di antara kami. Mungkin itu juga yang dirasakan Jokowi,” tebaknya.
Ana juga menyebut bahwa Jokowi dulu aktif dalam mapala Fakultas Kehutanan UGM, yakni Silvagama. Kegiatan mendaki gunung mapala tersebut, menurutnya, juga sedikit banyak membentuk keterikatan antara satu anggota dengan lainnya.
Satu hal yang paling berkesan bagi Ana dari sosok Jokowi adalah walaupun suka bergaul tapi dirinya tidak terbawa pengaruh buruk teman-teman sejawatnya.
“Angkatan kami berjumlah 80 dan wanitanya hanya delapan. Parkiran biasanya adalah tempat kumpul para laki-laki. Biasanya mereka menggodai kami para wanita jika melewatinya. Namun, saya ingat betul Jokowi bukan salah satu dari mereka,“ tuturnya.
Ana juga mengonfirmasi kebiasaan blusukan dari Jokowi. Menurutnya, sejak masa kuliah Jokowi sudah hobi blusukan, yakni mendaki gunung dan menerobos hutan. “Hobi beliau sejak dulu ya itu. Makanya, saya pernah dengar berita pengawalnya sampai kewalahan mengimbangi jalan beliau ketika blusukan,” ucapnya diiringi tertawa kecil.
Lebih lanjut, Ana menyatakan tidak tahu-menahu perihal Jokowi yang tiba-tiba memasuki dunia politik. Namun, ia tidak kaget dengan Jokowi yang sekarang menjadi seorang pemimpin negara. Hal tersebut karena ia teringat sebuah cerita dahulu ketika Jokowi bersama kawan-kawannya mendaki Gunung Kerinci.
“Saya tidak menyaksikan langsung karena memang tidak ikut Silvagama, tapi pernah dengar dari kawan yang ikut mendaki. Katanya, kala sudah mencapai puncak Kerinci, Jokowi sempat termenung. Setelah usai, menurut kawan saya tadi, Jokowi cerita bahwa ia barusan merenungi bagaiman agar Indonesia lebih makmur dan sejahtera.
Sejak saat itu, saya memiliki keyakinan bahwa beliau bisa menjadi sosok yang membawa perubahan di Indonesia,” paparnya.
Hal tersebut ternyata benar-benar menjadi kenyataan. Ana berpendapat bahwa selama periode pertama masa jabatan, Jokowi telah berhasil memperbaiki Indonesia.
Dan kini dilantiknya Jokowi untuk periode jabatan kedua yaitu 2019-2024 ia berharap agar program-program pemerintahan kali ini lebih sukses lagi.
“Saya ucapkan selamat atas terpilihnya lagi untuk yang kedua kalinya. Rakyat memilih beliau karena melihat fakta selama masa jabatan sebelumnya.
Untuk era ini slogan yang diangkat pemerintah adalah ‘SDM Unggul, Indonesia Maju’. Mudah-mudahan diberi jalan yang terbaik sehingga slogan tersebut bisa terwujud, untuk kemduian diteruskan oleh generasi selanjutnya,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)