Sekelompok mahasiswa UGM berhasil mengolah limbah onggok hasil pengolahan tepung dari pohon aren yang kurang begitu dimanfaatkan menjadi panel akustik.
Inovasi ini berhasil mengantarkan Ardhi Kamal Haq dan tim meraih medali emas dalam ajang Internasional 2nd World Innovation Technology Expo (WINTEX) 2019 yang diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA), 9-12 Oktober 2019 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Ardhi mengungkapkan ide mengolah limbah onggok ini bermula dari keprihatinannya akan persoalan limbah onggok yang dihasilkan oleh UMKM pengolahan tepung dari pohon aren yang telah melebihi batas standar dari acuan yang ditetapkan pemerintah. Salah satunya seperti yang terjadi pada UMKM yang ada di Dusun Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Setiap industri menghasilkan sekitar 600-700 kg limbah onggok per harinya.
“Limbah onggok sebanyak itu jika dibiarkan begitu saja akan mencemari lingkungan di sekitar industri UMKM,” jelasnya, Jumat (25/10) saat konferensi pers di Laboratorium Fisika Material FMIPA UGM.
Kondisi itu mendorong Ardhi dan tiga teman sefakultasnya di FMIPA, yakni Said Ahmad, Muhammmad Dwiki Destian Susilo, serta Pamela Chanifah Zahro mencari solusi untuk mengurai permasalahan limbah onggok ini. Di bawah bimbingan Dr. Mitrayana M.Si, mereka pun mulai melakukan riset pemanfaatan limbah onggok menjadi panel akustik sejak bulan September 2018 silam.
Panel akustik yang dikembangkan keempat mahasiswa ini berbahan utama serat fiber limbah onggok. Untuk memperoleh panel akustik ini limbah onggok dikeringkan di bawah sinar matahari terlebih dahulu. Berikutnya dilakukan pemisahan antara serat fiber dengan serbuk onggok. Sementara untuk perekat menggunakan tepung kanji.
Selanjutnya, limbah serat onggok dicampur dengan perekat dari tepung kanji lalu dicetak dan dipres pada tekanan 1.000 psi agar adonan menjadi lebih padat. Kemudian dilakukan pemanasan dalam oven selama 2 jam pada suhu 100°C. Langkah terakhir dilakukan finishing panel akustik limbah onggok.
“Hasilnya diperoleh prototipe panel akustik dengan dimensi 29,7 cm x 42 cm,” terangnya.
Dwiki menambahkan panel akustik ini mampu menyerap suara dengan baik. Memiliki karakter impedansi atau penyerapan suara yang datang mencapai 95 persen
“Hal ini artinya hampir semua suara yang datang teredam pada panel akustik ini,” ujarnya.
Pembuatan panel akustik oleh keempat mahasiswa UGM ini tidak hanya mampu mengatasi persoalan pencemaran lingkungan akibat limbah onggok. Namun, juga memberikan alternatif panel akustik yang ramah lingkungan. Sebab, panel akustik yang banyak beredar di pasaran masih memakai bahan sintetis berupa busa dan styrofoam.
“Harapannya panel akustik dari limbah onggok ini mampu mengurangi limbah onggok sekaligus menggantikan panel akustik yang beredar di pasaran dengan bahan yang ramah lingkungan,”pungkasnya. (Humas UGM/Ika;foto:Firsto)