![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/06111915730243091982742974-680x510.jpg)
Profesi pustakawan hingga saat belum tergantikan oleh disrupsi teknologi. Sebab, pustakawan memiliki pekerjaan mulia untuk menghantarkan para pengunjung meraih masa depannya dengan melayani kebutuhan akan sumber informasi dan pengetahuan yang diinginkan. “Pustakawan menghantarkan generasi penikmat literasi untuk meraih masa depannya,” kata Psikolog, Analisa Widyaningrum, dalam Seminar Nasional yang bertajuk Performa dan Kinerja Pustakawan: Kolaborasi dan Inovasi di ruang Seminar Perpustakaan UGM, Rabu (6/11), di perpustakaan UGM.
Ia menyebutkan para pengunjung perpustakaan didominasi oleh generasi Z yang lahir antara tahun 1995-2010. Karakter generasi muda milenial ini berbeda dengan generasi sebelumnya karena umumnya mereka sudah melek teknologi. “Yang dihadapi adalah generasi digital dengan cara berpikir berbeda,” ujarnya.
Para pengunjung ini, menurut Lisa, meski akrab dekat teknologi digital, namun diketahui memiliki minim daya juang dalam memperoleh dan mencari sumber informasi. Oleh karena itu, pengalaman dan perilaku bijak sangat diperlukan pada diri pustakawan dalam melayani kebutuhan informasi bagi pengunjung perpustakaan. “Pengalaman dan wisdom yang dimiliki pustakawan senior akan menjadi kolaborasi yang baik antar generasi guna mendorong growth mindset,” katanya.
Dosen FEB UGM, Dr. Rangga Almahendra, mengatakan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Membaca seperti mengisi pengetahuan lalu menuangkannya pada tulisan dari hasil bacaan. Di Jepang, kata Rangga, perpustakaan ramai dikunjungi layaknya mal. Dia menceritakan pengalamannya saat mengajar di Kyoto University. Saat jelang tengah malam, ia menyaksikan perpustakaan tetap ramai pengunjung. “Patut kita tiru, karakter orang Jepang menghargai perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, kata Rangga, umumnya perpustakaan sepi pengunjung. Ia menilai kemungkinan para pelajar dan mahasiswa sudah mendapatkan sumber bacaannya yang dibutuhkan secara online di internet. Meski perubahan perkembangan teknologi dalam pelayanan perpustakaan tidak bisa dibendung, imbuhnya, pengelola perpustakaan bisa menyiasati hal itu. “Sekarang ini ada pergeseran, perpustakaan bukan lagi sebuah tempat untuk menyimpan buku tapi tempat menuangkan ide dan konsep,” katanya.
Kepala Perpustakaan UGM, Dra. Nawang Purwanti, M.Lib., mengatakan seminar kali ini mengundang para pengelola perpustakaan dari tingkat PAUD, SD, SMA hingga tingkat Perguruan Tinggi di DIY dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam mengelola perpustakaan. “Kita harapkan mereka makin termotivasi dan mendapat pengetahuan luas soal profesi pustakawan yang mereka geluti,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)