![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/08111915731950361762124313-765x510.jpg)
Lulus kuliah dan memiliki usaha menjadi impian mahasiswa. Tetapi untuk bisa seperti itu tidak mudah. Banyak hal yang harus dilewati dan berbagai proses yang harus dialami. Untuk menjadi pengusaha sukses maka seseorang dituntut memiliki mental kuat dan tahan banting.
Drh. Farah Fauziyyah, alumnus Fakultas Kedokteran Hewan UGM tahun 2013 yang juga pemilik ZAK-WOOW, mengatakan menjadi pengusaha atau entrepreneur sebenarnya kepintaran mencari peluang. Peluang itu bisa dengan menyalurkan barang dari suplier maupun produsen sampai ke tangan konsumen.
“Bagiku berdagang atau berjualan itu sumber rezeki paling besar. Toh pada kenyataan dengan apa yang digeluti, bisa membiayai pendidikan anak-anaknya, bisa umroh dan lain-lain, ini juga pengusaha. Jadi, tidak ada salahnya lulusan FKH berdagang nantinya,” katanya di Auditorium FKH UGM, Kamis (8/11) saat berlangsung Seminar Pembinaan Kewirausahaan Mahasiswa.
Memulai usaha, menurut Farah, harus ada niat, komitmen, disiplin, dan bukan hanya ikut-ikutan. Saat ini banyak tumbuh entrepreneur muda bukan karena ikut-ikutan tetapi mereka benar-benar siap dan niat untuk berwirausaha.
“Mereka sangat siap dengan fase-fase jika mengalami kegagalan. Menjadi pengusaha harus mau belajar dan kalau gagal bangkit lagi,” tuturnya.
Farah mengaku untuk bisa sampai ke level seperti saat ini, setelah ia mengalami jatuh bangun dan tetap memiliki keinginan untuk terus naik. Menurutnya, apapun bisa ditawarkan pada masyarakat (konsumen), asalkan mampu mengetahui apa yang lagi dibutuhkan.
Sebagai pengusaha, katanya, harus tahu kalangan seperti apa yang akan disasar. Bukan asal memiliki produk, tetapi tidak memiliki segmen pasar yang jelas.
“Kalau belum memiliki segmen pasar sepertinya percuma. Selain itu, kita juga harus menguasai trik marketingnya, networking, relasi dan yang tak kalah adalah faktor x,” ucapnya.
Diapun kemudian bercerita bagaimana awalnya ZAK-WOOW dibangun. ZAK-WOOW sebagai usaha di bidang tas, katanya, mulai dirintis sepulang KKN dari Desa Ploso, Jepara.
Farah saat itu berkeinginan membuat tas dari tenun mengingat Desa Ploso merupakan pusat tenun di Jepara. Meski sempat bingung karena penjahit konveksi saat itu mematok minim 20 sehingga ia memiliki keraguan jika tidak laku.
“Akhirnya kita bertekad bikin tas kekinian dan anak-anak muda ternyata suka tenun. Desainnya tas ransel, bikin 20, dua dipakai sendiri dan tidak disangka dalam dua minggu 18 tas habis terjual,” jelasnya.
Kini, ZAK-WOOW terus berkembang dengan berbagai produk, diantaranya tas rumbai-rumbai dan lain-lain. Pemasaran pun memanfaat media sosial yang ada.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan UGM, drh. Agung Budiyanto, MP, Ph.D., menambahkan Seminar Pembinaan Kewirausahaan Mahasiswa diikuti 58 mahasiswa FKH UGM. Mereka adalah mahasiswa aktif yang kini sudah memulai dengan berbagai rintisan usaha.
“Kita terus mendorong para mahasiswa agar nantinya selain berprofesi sebagai dokter hewan juga bisa memiliki usaha. Kita terus melakukan pelatihan, bimbingan dan memfasilitasi mereka. Rumah saya pun terbuka untuk mereka jika mahasiswa mau merintis buka usaha,” katanya.
Kepala Subdirektorat Pengembangan Karakter Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan UGM, Dr.dr. Rustamaji, M.Kes., dalam kesempatan ini menyampaikan berbagai skema kewirausahaan dari UGM, Dikti dan mitra yaitu Bank Syariah Mandiri. UGM senantiasa mendorong kewirausahaan untuk mahasiswa dengan berbagai pelatihan, bimbingan dan pendampingan. (Humas UGM/ Agung)