Saat ini, kontribusi kebutuhan daging sapi/kerbau di Indonesia baru mencapai 23%. Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, perbaikan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, maka permintaan akan daging sapi diperkirakan terus mengalami peningkatan. Sedangkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah terjadi kondisi penurunan populasi ternak sapi mencapai 4,1 %.
“Dari 11. 137. 000 di tahun 2001 menjadi 10. 680. 000 ekor di tahun 2005â€, ujar Prof Dr drh Slamet Soebagyo dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Hal tersebut disampaikan Slamet Soebagyo pada Seminar Aplikasi Teknologi Reproduksi Peternakan Dalam Menghadapi ‘Ketercukupan Daging Sapi 2010’ sekaligus Orasi Purna Bakti dirinya hari Rabu (2/8) di Auditorium Gedung Baru FKH UGM.
Menurutnya, Direktorat Jendral Peternakan telah mencanangkan program swasembada daging sapi tahun 2010, dengan prosentase perbandingan 90-95% pasokan dari dalam negeri dan 5-10% melalui impor.
Program Swasembada Daging 2010 tersebut, selain dengan cara meningkatkan produksi daging sapi dari 72 % menjadi 90-95%, kebijakan lain yang ditempuh adalah mengurangi impor dari 28% menjadi 5-10%.
“Yaitu meningkatkan angka konsepsi (CR), menurunkan angka kematian dari 3-5% menjadi kurang dari 3% dan mengurangi pemotongan ternak produktif. Untuk meningkatkan ketersediaan daging sapi 2010 tersebut bisa pula dengan mengurangi ketergantungan impor daging dari ternak ruminansia serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha budidaya ternak ruminansiaâ€, papar Pembantu Dekan III FKH UGM 1995 – 1998 (Humas UGM)