![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/18111915740451181364715294-383x510.jpg)
Mengikuti perkembangan saat ini di saat media sosial sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mahasiswa setiap harinya maka diperlukan gebrakan penguatan identitas diri bangsa. Beberapa langkah tersebut diantaranya dengan memperkuat teknologi guna mengantisipasi efek negatif dari globalisasi.
Mahasiswa sebagai kaum milenial merupakan garda depan dan perlu dibekali jiwa kepemimpin yang aktif, kreatif, inovatif serta unggul dan mandiri sehingga dapat menjadi salah satu kekuatan dalam melawan berkembangnya paham radikalisme. Penanaman kebinekaan serta jiwa Pancasila yang menjunjung nasionalisme dilengkapi dengan kecukupan kebutuhan spiritual dapat menjadi salah satu solusi akan permasalahan ini.
Komunitas Sahabat Percepatan Peningkatan Kepemimpinan Mahasiswa (SP2KM) Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu komunitas pengembangan jiwa kepemimpinan yang dibina oleh Direktorat Kemahasiswaan tanggap akan hal ini. Komunitas yang beranggotakan mahasiswa terpilih dan telah menjalani berbagai aktivitas melalui salah satu program kerjanya berinisiasi mengadakan kegiatan Aksi Integritas Karakter Mahasiswa (ANGKASA) 2019.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai wahana untuk memberikan stimulasi dan menginspirasi mahasiswa agar selalu sadar akan arti pentingnya peningkatan kapasitas diri. Mahasiswa UGM secara umum diyakini memiliki potensi dan energi yang sangat besar sehingga dapat terus dikembangkan dengan selalu mengembangkan jiwa nasionalisme.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Suharyadi, M.Sc., menyatakan UGM merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Universitas Gadjah Mada dalam sistem pembelajarannya berkomitmen untuk selalu membina dan meningkatkan kompetensi dan kapasitas mahasiswa sehingga siap menjadi pemimpin bangsa yang berkarakter dan unggul di masa depan.
Oleh karena itu, seminar Aksi Integrasi Karakter Mahasiswa diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masuknya paham-paham yang tidak sesuai dengan Pancasila yang sering menjadikan mereka sebagai sasarannya. Melalui kegiatan seminar ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan potensi diri mereka dalam upaya menjadi pemimpin cemerlang yang paham akan nilai jati diri bangsa di masa mendatang.
“Kita berharap seminar ini dapat menginspirasi, membuka wawasan, dan menanamkan rasa kebinekaan serta menumbuhkan jiwa Pancasila dengan selalu menjunjung nasionalisme dan persatuan bangsa,” katanya di Auditorium FKKMK UGM, Sabtu (16/11) saat membuka Seminar Aksi Integrasi Karakter Mahasiswa 2019.
Seminar diikuti 350 mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Dari seminar ini diharapkan dapat mengetahui perbedaan antara radikal dan radikalisme. Mereka diharapkan dapat menjadi filter terhadap perkembangan paham radikalisme, serta tumbuh suatu pemahaman dan komitmen bersama yang kuat untuk melawan radikalisme dan tertanamnya semangat bela negara berdasarkan Pancasila.
Dalam kesempatan ini, Prof. Muhktasar Syamsuddin, M.hum., Ph.D of Arts., membahas radikalisme dan terorisme dari segi filsafati. Menurutnya, penting bagi mahasiswa untuk memperkuat jadi diri sebagai mahasiswa Indonesia yang ber-Pancasila.
Sedangkan Ridlwan Habib, S.IP., M.Si membahas tentang peta jaringan teror dan radikal di Indonesia. Secara rinci, ia menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi radikal, serta berbagai cara mencegahnya.
KH. Achmad Labib Asrori, SE., M.M yang berbicara mengenai agama dan radikalisme mengungkapkan penyebab munculnya radikalisme diantaranya pemahaman agama yang dangkal, instan dan parsial (sepotong-potong). Tidak sedikit dari mereka mempelajari ajaran agama bukan dari sumber yang mumpuni dan terpercaya.
“Bersikap fanatisme terhadap ideologi dan golongannya sendiri. Bersikap berlebihan serta sentimen terhadap ajaran dan kelompok yang dianutnya,” katanya. (Humas UGM/ Agung)