Fenomena reaksi berlebih atau under-reaction terhadap informasi laba menjadi isu menarik di pasar modal. Isu semakin menarik ketika terjadi salah prediksi laba oleh analis dan investor yang diikuti mispricing saham. Anomali post-earnings announcement drift (PEAD) tersebut dianggap sebagai wujud adanya kesalahan prediksi laba dan mispricing, yaitu harga saham bergerak setelah pengumuman laba.
Demikian Drs Abdul Habbe MSi menyampaikan permasalahan tersebut, saat ujian doktor hari Jum’at (4/8).
Di ruang Seminar Sekolah Pascasarjana UGM, promovendus mempertahankan desertasi berjudul “Pengujian Heuristik Representativeness dan Anchoring-Adjusment atas Perilaku Over/Underreaction Investor Terhadap Informasi Laba dan Konsekuensinya pada Prediksi Laba dan Penilaian Sahamâ€.
Kata Abdul Habbe, literatur psikologi dan behavioral finance, yaitu kognitif heuristik bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa manusia berperilaku underreaction atau overreaction terhadap informasi yang diterima, dan menjelaskan mengapa mereka melakukan kesalahan prediksi ketika menaksir nilai atau probabilitas.
Mengutip pendapat Tversky dan Kahneman (1974), paling tidak terdapat dua heuristik yang berkait erat dengan permasalahan tersebut, yaitu represntativeness dan anchoring-adjusment. Heuristik pertama dianggap sebagai penyebab perilaku overreaction dan heuristik kedua dianggap penyebab perilaku underreaction terhadap informasi.
“Tujuan riset ini adalah ingin memberikan bukti empiris tentang adanya perilaku over/underreaction investor terhadap informasi laba serta menjelaskan mengapa investor overreact terhadap tingkat dan pola laba yang persisten dalam jangka panjang, dan menjelaskan underreact terhadap tingkat dan pola laba yang berubah ekstrem dalam jangka pendekâ€, ujar staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Hassanudin Makassar.
Dari penelitian yang dilakukan Abdul Habbe membuahkan manfaat bagi pelaku pasar berupa informasi berbasis empiris. Karena para pelaku pasar selama ini dianggap mengambil keputusan ekonomi berdasar pada informasi laba dan harga saham yang syarat dengan pengaruh heuristik. Terlebih pada kondisi ketidakpastian yang tinggi, sehinggga menimbulkan perilaku over/underreaction yang berkibat bias dalam memprediksi laba dan bias dalam menilai saham.
“Investor terutama pedagang jangka pendek, dapat menggunakan bias heuristik ini untuk mendapatkan gain besar sesaat. Sementara bagi emiten bisa menggunakan bias heuristik untuk mempengaruhi perilaku pasarâ€, ungkap Abdul habbe berharap.
Dengan didampingi promotor Prof Dr Zaki Baridwan MSc, ko-promotor Prof Dr Marwan Asri MBA dan Prof Dr Jogiyanto MBA, promovendus berhasil meraih predikat cumlaude dan sekaligus menjadi doktor ke 741 yang diluluskan UGM (Humas UGM).