![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/2111191574320426621057305.jpg)
Lebih dari 150 pakar, peneliti, dosen, mahasiswa, serta praktisi dari Jepang, Banglades, Vietnam, Australia, dan Indonesia hadir dalam 4th International Conference on Climate Change (ICCC) 2019 yang berlangsung pada 18-19 November 2019 di Sekolah Pascasarjana UGM.
Dalam konferensi tersebut para peserta berdiskusi bersama terkait dampak perubahan iklim. Melalui kegiatan ini nantinya diharapkan bisa dihasilkan strategi untuk meminimalkan dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Konferensi tersebut menghadirkan Prof. Dr. Masateru Senge dari Gifu University, Jepang sebagai pembicara kunci. Masateru Senge mengungkapkan pemanasan global menyebabkan ketidakseimbangan energi di dunia yang mengarah pada cuaca ekstrem dan perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Cuaca ekstrem ini menimbulkan dampak yang sangat serius dalam berbagai sektor, termasuk pertanian.
“Pertanian merupakan sektor penting baik di Jepang dan Indonesia yang turut terdampak dari cuaca ekstrem saat ini,” tuturnya.
Pada konferensi yang diadakan oleh Magister Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UGM bekerja sama dengan Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indoensia (IALHI), UNS, dan Gifu University ini Masateru Senge menyampaikan bahwa cuaca ekstrem tersebut pada akhirnya menurunkan produktivitas pertanian.
“Oleh sebab itu, penting untuk mengelola suplai air pada musim penghujan sebagai salah satu strategi mitigasi,” ucapnya.
Sementara Sekretaris Prodi Magister Ilmu Lingkungan UGM, Dr. Eko Haryono, menyebutkan perubahan iklim merupakan isu nyata dan serius. Karenanya diperlukan segera aksi nyata untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. (Humas UGM/Ika)