UGM kembali berduka, salah satu guru terbaiknya dipanggil menghadap Sang Khalik. Prof Riswandha Imawan Ph D Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM meninggal pada hari Jum’at 4 Agustus 2006 jam 13.45 di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta.
Jenazah Prof Riswandha Imawan dimakamkan di peristirahatan terakhir Sawitsari Yogyakarta hari Sabtu 5 Agustus 2006 jam 14.00, setelah sebelumnya pada jam 13.30 mendapat penghormatan terakhir dari Keluarga Besar UGM di Balairung.
Dunia pendidikan sangat kehilangan dengan meninggalnya Prof Riswandha Imawan. Almarhum dikenal sebagai tokoh pendidik, terutama disiplin ilmu politik. Selain itu, almarhum dikenal sebagai tokoh pengamat politik.
Banyak kalangan merasa kehilangan dengan meninggalnya Prof Riswandha Imawan. Sebagaimana disampaikan Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi, dunia pendidikan terutama disiplin ilmu politik sangat kehilangan salah satu tokohnya. “Semoga sumbangsih dan keluhuran budi Prof Riswandha dapat terwariskan pada generasi penerusnya, sehingga perkembangan jasa beliau berkelanjutanâ€, kata Pak Sofian di Balairung UGM.
Almarhum Prof Drs Riswandha Imawan MA PhD dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada pada hari Sabtu 4 September 2005. Pengamat politik yang sangat kritis tersebut, saat itu menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Pergulatan Politik di Indonesia: Pergulatan Setengah Hati Mencari Identitas Diri.
Kata Pak Sofian, salah satu isi pidato pengukuhan Prof Riswandha saat itu adalah di jaman penjajahan partai politik adalah sarana untuk melakukan perlawanan, namun setelah penjajahan pergi parpol di Indonesia tetap tidak pernah mau mandiri. Meski sudah ada momentum, parpol tidak pernah memanfaatkan momen itu untuk independen. Sehingga yang terjadi, parpol selalu berada di bawah dan intervensi eksekutif.
“Dia terus menyampaikan kegundahannya mengenai politik Indonesia yang masih jauh dari harapanâ€, ungkap Pak Sofian mengenang pandangan-pandangan almarhum.
Majelis Guru Besar juga menyatakan kehilangan dengan meninggalnya Prof Riswandha Imawan, karena almarhum dikenal sebagai anggota MGB UGM yang memiliki dedikasi sangat tinggi dalam kegiatan dan keanggotaan MGB UGM. Sebagai guru besar muda almarhum sangat santun dan menghormati senior-seniornya, namun tetap kritis.
“Saya sangat terkesan dengan penampilannya sebagai pengamat politik muda baik di tingkat regional maupun nasional. Ia symbol kemandirian. Ibarat burung rajawali, sehingga ketika menyampaikan kritik-kritiknya, namun yang dikritik tidak sakit hatiâ€, ujar Prof Dr Ir Boma Wikan Tyoso MSc.
Prof Drs Riswandha Imawan MA PhD meraih gelar doktor dalam bidang comparative politics dari Northern Illinois University, USA pada tahun 1985. Pria yang dekat dengan Mbah Maridjan karena hobinya mendaki gunung ini, lahir di Bangkalan Madura 17 Januari 1955. Meninggalkan istri Dra Herry Isminedy dan tiga orang anak Rafif Pamenang Imawan, Satria Aji Imawan dan Arga Pribadi Imawan.
Sejumlah tokoh hadir dalam penghormatan terakhir di Balairung, antara lain Mendiknas Prof Dr Bambang Sudibyo, mantan Menteri Negara Otonomi Daerah Prof Ryaas Rasyid yang juga anggota DPR RI, anggota KPU Prof Dr Ramlan Surbakti, Sys NS, anggota DPR Prof Moh Macfud MD, anggota Komnas HAM Bambang W Suharto, mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, Hendarman Supanji, GBPH Joyokusumo, Sri Sultan HB X yang telah melayat sebelumnya, Dekan di lingkungan UGM, staf pengajar UGM khususnya Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik UGM (Humas UGM).