• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Era JKN, Bidan Praktik Kehilangan Banyak Pasien

Era JKN, Bidan Praktik Kehilangan Banyak Pasien

  • 29 November 2019, 14:58 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7028
Era JKN, Bidan Praktik Kehilangan Banyak Pasien

Peneliti dari Universitas Nara Woman, Jepang, Prof. Dr. Etsuko Matsuoka, memaparkan hasil penelitiannya mengenai peran bidan dalam bidang kesehatan reproduksi di Indonesia dari era tahun 90-an hingga pasca kebijakan jaminan kesehatan nasional. Dari hasil penelitiannya, ia mengungkapkan bahwa bidan yang melakukan praktik mandiri banyak kehilangan pasien akibat adanya pemberlakuan BPJS. "Lebih bayak pasien memilih untuk melahirkan lewat rumah sakit atau dokter kandungan," kata Etsuko Matsuoka dalam seminar yang bertajuk Impact of Reproductive Health Policies on Women's health di Ruang Semionar Agus Dwiyanto, Gedung Masri Singarimbun, PSKK UGM, Kamis (28/11).

Padahal, sebelumnya pada era tahun 1990-an masyarakat pedesaan memilih melahirkan lewat dukun bayi. Lalu, terjadi pergeseran melalui penguatan peran bidan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan."Sejak awal dulu di pedesaan, peran dukun bayi dan bidan sangat menentukan, lalu waktu itu ada semacam pergeseran peran dari  dukun bayi lambat laun ditangani oleh bidan karena ada kebijakan pada waktu itu," katanya. 
 
Seiring berjalannya waktu, banyak pasien ibu hamil memilih melahirkan di tangan bidan sehingga banyak bidan membuka praktik sendiri.

Adanya target pemerintah untuk mencapai program pembangunan melalui MDGs ke SDGs dilanjutkan dengan pemberlakuan BPJS, proses persalinan lebih banyak dilakukan di rumah sakit sebagai rujukan dari pihak dokter keluarga, klinik pratama atau puskesmas. "Ke arah sini, semakin lama pasien banyak dirujuk ke rumah sakit dibandingkan ditangani oleh bidan dengan alasan faktor risiko," katanya.

Matsuoka menuturkan bahwa salah satu rumah sakit bersalin di Jogja menunjukkan sekitar 54 persen pasiennya lebih memilih melakukan operasi caesar. "Satu dari dua persalinan diarahkan ke caesar sehingga peran bidan semakin mengecil dialihkan ke dokter obsgin," katanya.

Selain faktor risiko dengan rujukan ke rumah sakit, bidan juga menghadapi kendala bahwa ia tidak bisa menangani langsung pasien yang memegang kartu BPJS. Sebab, aturan yang berlaku harus melalui rujukan dari dokter keluarga. Jika pun ia menerima pasien dengan peserta BPJS, pergantian klaim biaya yang diberikan BPJS ke bidan dengan persalinan normal hanya diberikan sebesar Rp750 ribu. Jumlah tersebut menurutnya belum cukup untuk menutupi seluruh biaya persalinan "Biaya itu tidak menutup seluruh biaya persalinan," katanya.

Penelitian soal kesehatan reproduksi perempuan Indonesia ini masih terus berlangsung, Matsuoka belum mau berkesimpulan lebih jauh. Namun begitu, ia menyampaikan salah satu hasil dari penelitian ini bahwa dampak kebijakan pemberlakuan BPJS ini berdampak pada peran bidan semakin berkurang. "Apakah strategi ini mampu memperbaiki kesehatan reproduksi pada perempuan? Saya tidak tahu, perlu ada penelitian selanjutnya," katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Tamaresi, Tandu Penyelamat Bayi Gagal Napas

    Tuesday,10 July 2018 - 15:11
  • Model Asuhan Kebidanan CoC Turunkan AKI dan AKB

    Friday,13 March 2015 - 11:31
  • Keterlibatan Bidan Desa Minimalkan Risiko Kematian Bayi

    Thursday,13 August 2009 - 15:18
  • Raih Doktor Usai Meneliti Pertanggungjawaban Perdata Dokter dengan Pasien Sindrom Stevens Johnson

    Friday,21 October 2016 - 16:38
  • Tanggapi Pandemi Covid-19 Klinik Korpagama UGM Lakukan Screening Pasien

    Tuesday,24 March 2020 - 16:09

Rilis Berita

  • Evaluasi dan Temu Mitra Supplyer Gerai UMKM 27 January 2023
    Sebagai media memfasilitasi pemasaran produk UMKM binaan sivitas akademika UGM, Gerai UMKM yang b
    Agung
  • Dirjen Diktiristek Puji Fasilitas Field Research Center UGM 27 January 2023
    Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Prof. Ir. Nizam,
    Gloria
  • Raih Doktor Usai Teliti Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong 27 January 2023
    Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Sumberdaya Geologi, BRIN, Ir. Chusni Ansori, M.T., dinyatakan lu
    Agung
  • Rektor UGM Paparkan Konsep HPU di Kampus UNRAM 27 January 2023
    Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), memaparkan konse
    Satria
  • UGM Sosialisasikan Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan Kampus Menuju WBK dan WBBM 27 January 2023
    UGM melakukan kegiatan sosialisasi pembangunan zona integritas di lingkungan kampus, Jumat (27/1)
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual