Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng, dan Dekan Sekolah Vokasi, Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., melakukan peletakan batu pertama dimulainya pembangunan gedung Teaching Industry Learning Center (TILC) Sekolah Vokasi UGM. Gedung ini merupakan fasilitas untuk mengimplementasikan “Teaching Industry” dan perwujudan konsep “Link & Match”.
Pembangunan gedung ini ditargetkan selesai dalam waktu 1 tahun oleh PT. PP (Persero). Gedung 8 lantai ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat riset bagi mahasiswa SV UGM dalam mengembangkan teori untuk berinovasi.
“Nantinya, para dosen dan mahasiswa SV UGM dimungkinkan untuk menghasilkan produk yang dapat dihilirisasi ke masyarakat luas. Tidak menutup kemungkinan riset yang dilakukan di TILC dilaksanakan oleh fakultas lain di UGM, pusat studi maupun pesanan dari industri,” ujar Wikan Sakarinto, di Sekip Unit 1, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Jumat (29/11).
Bagi Wikan pembangunan gedung TILC akan menjadi momentum lompatan yang lebih besar lagi. Dengan gedung ini, Sekolah Vokasi UGM dapat menggapai mimpi Indonesia maju dengan sumber daya manusia yang unggul.
“Visi dan mimpi kita adalah Sekolah Vokasi kuat dan menguatkan UGM. Kita wujudkan gedung ini menjadi momentum Sekolah Vokasi menjadi pusat hilirisasi riset terapan di UGM,” ucapnya.
Wikan menjelaskan delapan lantai gedung TILC memiliki filosofi di setiap lantainya. Filosofo di setiap lantainya tersebut dirumuskan dalam sebuah kalimat bermakna “ITS our DREAM”. Lantai 1 adalah Inovasi, lantai 2 Terapan dan lantai 3 Spirit. Sementara lantai 4 adalah untuk Dedikasi, lantai 5 Respek (lantai 5) dan lantai 6 Etika. Sedangkan lantai 7 berupa Ambisi dan lantai 8 adalah Mimpi.
Lantai 1 berisi 1 berisi etalase atau expo tiap hari hasil-hasil inovasi. Lantai 2 adalah kelas-kelas dan ballroom yang bisa menampung 500 audience. Lantai 3 setengah lebih adalah ruang dekanat atau pimpinan, sementara lantai 4, 5, 6 dan 7 adalah centre of excellent dari bangunan gedung baru ini.
“Akan ada 7 laboratorium lintas disiplin, sedangkan lantai 8 berisi co-working space untuk seluruh start-up-start-up yang kita hasilkan. Di lantai ini perkantoran bersama isinya start up dan wirausaha baru. Mengenai nama kami baru berpikir mungkin akan diberi nama gedung Amukti Palapa,” tutur Wikan.
Panut Mulyono berharap pembangunan gedung-gedung di UGM, termasuk TILC ini mendukung UGM didalam berkiprah dan berkontribusi kepada masyarakat, bangsa dan negara dengan semangat enterpreunership. Dana pembangunan gedung TILC bersamaan dengan pembangunan 10 gedung baru di UGM adalah Loan JICA yang menghabiskan total dana sebesar 1,1 triliun rupiah.
“Dalam kiprahnya, UGM tidak hanya menghasilkan tenaga kerja terdidik yang mumpuni, juga tidak hanya sebagai produsen ilmu pengetahuan tetapi juga harus menghilirkan hasil-hasil penelitiannya sehingga menjadi produk-produk jadi, produk fungsional yang diperlukan oleh masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Panut Mulyono menuturkan Sekolah Vokasi UGM dengan kurikulum 60 persen praktik dan 40 persen teori menjadi ujung tombak untuk penghiliran hasil-hasil riset para dosen dan mahasiswa di UGM sehingga riset-riset akademik yang dilakukan di program pascasarjana, program S1 dan riset-riset aplikatif oleh Sekolah Vokasi akan lebih mudah dijembatani menjadi produk-produk fungsional yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dengan begitu dari UGM akan banyak dihasilkan produk-produk buatan bangsa Indonesia sendiri yang setidaknya bisa memenuhi produk-produk substitusi impor. Produk substitusi impor merupakan barang-barang yang tidak terlalu sulit dibuat yang saat ini masih banyak diimpor.
“Seyogyanya dengan cara-cara seperti itu kita bisa memenuhi sendiri dari hasil-hasil riset yang lalu dihilirkan di Sekolah Vokasi ini,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)