![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/0912191575864775283177227-766x510.jpg)
Beragam batik dari berbagai daerah di Indonesia ditampilkan dalam Festival Batik Nusantara di Grha Sabha Pramana UGM (GSP) mulai 9 hingga 11 Desember 2019.
Dalam festival tersebut masyarakat dapat melihat beraneka motif dan corak batik dari sejumlah daerah di tanah air, seperti Yogyakarta, Madura, Lasem, Solo, Kebumen Tuban, Garut, Tuban, Purworejo, Tasikmalaya, dan Kebumen.
Festival Batik Nusantara ini diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) UGM dan menjadi salah satu rangkaian peringatan Dies Natalis ke-70 UGM. Ketua panitia Festival Batik Nusantara, Nur Indrianti, yang sekaligus Ketua DWP UGM, menyampaikan Festival Batik Nusantara kali ini merupakan tahun kedua penyelenggaraan acara. Sebelumnya di tahun 2018 festival mengangkat batik-batik lokal, terutama dari Yogyakarta.
“Pada festival kali ini kami tidak hanya mengangkat batik Yogyakarat saja, tetapi batik-batik di berbagai penjuru nusantara,” tuturnya, Senin (9/12) di GSP UGM.
Indrianti mengatakan penyelenggaraan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian batik tanah air yang merupakan warisan budaya bangsa. Meskipun batik telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda, namun usaha menjaga kebudayaan batik agar tetap diakui UNSECO harus terus dilakukan.
“Tantangan bagi UGM untuk terus mengembangkan inovasi IPTEKS guna menjaga nilai historis dan kelestarian batik dan mengangkat ke mata dunia,” katanya.
Festival Batik Nusantara tidak hanya menghadirkan batik dari penjuru nusantara yang terbagi dalam 26 stan batik dari para pengrajin dan produsen batik. Namun, dalam kegiatan ini juga diadakan seminar yang mengupas tentang batik Mataram, pesisir, dan Yogyakarta. Menghadirkan narasumber Dr. Ir. Laretna Trisnantari Adhisakti, M.Arch, KRT. Manu J.Widyaseputra, M.A., dan Afif Syakur. Lalu, acara akan ditutup dengan malam pagelaran batik nusantara.
Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng., dalam sambutannya mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan ini. Dia mengatakan bahwa batik merupakan warisan budaya Indonesia yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan bersama, tidak terkecuali UGM. Melalui para penelitinya, UGM berusaha berkontribusi dalam pengembangan batik baik di bidang pewarnaan, pengembangan corak batik, hingga pengembangan mesin batik.
Panut menyebutkan UGM terus berusaha menghidupkan perkembangan batik tanah air. Sebab, batik memiliki kontribusi nyata dalam perekonomian negara.
“Karenanya usaha pengembangan batik ini penting, jangan sampai batik justru berkembang di negara lain. UGM sebagai tempat penelitian dan belajar kebudyaaan akan terus meningkatkan kontribusi terhadap perkembangan batik di Indonesia,” tuturnya. (Humas UGM/Ika; foto:Firsto)