Menjelang puncak peringatan Dies Natalis ke-70 atau Lustrum XIV UGM pada tanggal 19 Desember mendatang, UGM kembali menyelenggarakan Pawai Budaya Nitilaku untuk mengenang prosesi perpindahan kampus UGM dari Pagelaran Keraton ke Bulaksumur.
Mengusung tema “Menggugah Warisan- Bersama Kebangsaan dan Berbudaya”, Nitilaku pada tahun ini akan dimeriahkan ribuan peserta pawai yang mengenakan kostum wayang, busana pejuang, serta pakaian adat nusantara.
“Wayang merupakan budaya bangsa Indonesia yang sarat makna keteladanan, kepahlawanan, ketokohan, kebijaksanaan, dan tentunya kebudayaan yang merupakan salah satu jati diri UGM sebagai universitas pusat kebudayaan,” tutur Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, IPU, ASEAN Eng., Jumat (13/12).
Pawai yang telah menjadi salah satu agenda penting perayaan Dies Natalis UGM dari tahun ke tahun ini menjadi ajang pertemuan bagi para alumni UGM yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia serta sivitas akademika UGM yang memiliki latar belakang berbeda-beda.
Menurut Panut, suasana kebersamaan dalam berbagai perbedaan memberi warna tersendiri bagi Nitilaku dan menjadi salah satu daya tarik bagi keluarga besar UGM maupun masyarakat Yogyakarta.
Ketua Penyelenggara Nitilaku 2019, Drs. Hendrie Adji Kusworo, M.Sc., Ph.D, menuturkan bahwa Nitilaku tidak dimaksudkan untuk sekadar menjadi aktivitas bagi sivitas akademika UGM, melainkan menjadi acara kultural yang dihadirkan bagi masyarakat Yogyakarta yang telah menjadi bagian penting dari keberadaan UGM.
“Ini juga menjadi event kultural dan hiburan bagi masyarakat Yogyakarta yang bukan hanya ikut di dalam barisan pawai, tetapi juga terlibat dalam aktivitas di kiri dan kanan jalan,” ucapnya.
Pada tahun ini, Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) yang membentuk pokja khusus untuk penyelenggaraan Nitilaku 2019, mencoba menerjemahkan slogan locally rooted, globally respected, atau mengakar kuat, menjulang tinggi. Hal ini, menurutnya, menjadi penting untuk menggambarkan perjalanan serta peran UGM di sepanjang 70 tahun usia berdirinya.
“Sampai usia 70 tahun, UGM sudah melanglang buana, namun pada waktu yang sama mempunyai nilai kultural dan otentisitas,” kata Hendrie.
Selain pawai alegoris, kegiatan Nitilaku juga akan diisi dengan panggung hiburan rakyat di sepanjang boulevard UGM, panggung kesenian di area Balairung, serta festival kuliner nusantara oleh fakultas-fakultas yang ada di UGM.
Panggung kesenian yang menjadi salah satu hiburan utama akan diisi oleh Speed Painting, KBS Nitirupa yang melakukan pameran lukisan yang ditujukan untuk lelang sebagai dana beasiswa, Tari Wira Pertiwi, The Dean Band, Elek Yo Band dan Didi Kempot.
Hendrie menambahkan, Nitilaku kali ini rencananya juga akan diikuti oleh beberapa alumni yang kini menjabat sebagai Menteri, di antaranya Pratikno (Mensesneg), Mahfud MD (Menkopolhukam), Basuki Hadimuljono (Menteri PUPR), Retno Marsudi (Menlu), Airlangga Hartarto (Menperin), serta Budi Karya Sumadi (Menhub).
Mereka akan mengikuti pawai bersama sivitas akademika UGM, yakni mahasiswa, dosen, hingga karyawan UGM, alumni UGM, KAGAMA, Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah (IKPMD) di Yogyakarta, Dharmasiswa, komunitas seni Yogyakarta dan masyarakat DIY. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)