UGM menggelar ‘Pementasan Wayang Kulit’ pada Sabtu (14/12) di halaman Balairung UGM. Pementasan ini mengundang seluruh sivitas akademika dan warga sekitar lingkungan UGM untuk hadir menyaksikannya. Para alumni UGM yang baru saja mengikuti ‘Malam Alumni UGM’ di Balairung juga turut hadir malam itu.
Pementasan ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-70 atau Lustrum XIV UGM. Cerita yang ditampilkan malam itu berjudul “Zaman Kalimataya” dengan dalang Ki Seno Nugroho. Zaman ini berlatar pasca perang Bharatayuda.
Alkisah, kemenangan Pandhawa atas Kurawa harus dibayar mahal dengan gugurnya hampir seluruh putra-putra Pandhawa. Kekayaan Hastina hampir tak bersisa usai perang ini. Peduduknya juga banyak yang tewas, hanya menyisakan janda dan anak yatim. ‘Kalimataya’ ialah gelar dari Puntadewa ketika menduduki Hastina pada masa ini.
Ki Seno menjelaskan bahwa kisah ini menceritakan upaya-upaya Puntadewa sebagai raja untuk kembali membawa ketentraman di negeri Hastina seusai perang tadi. Puntadewa digambarkan dalam lakon ini, menurutnya, sebagai sosok yang patut dijadikan contoh sebagai seorang pemimpin.
“Puntadewa diberi amanat untuk menjadi raja Hastina seusai perang, walaupun kondisi negeri itu sedang carut marut usai Perang. Meskipun demikian, Puntadewa pada akhirnya mampu membawa kedamaian kembali di negeri tersebut sebelum akhirnya digantikan oleh Arjuna dengan gelar Parikesit. Sosok Puntadewa pada masa ini sangat cocok dijadikan panutan bagi mereka yang bermimpi menjadi pemimpin,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam;foto: Firsto)