![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/18121915766571111929320147-766x510.jpeg)
Untuk pertama kalinya kata inovasi tercantum di dalam kabinet dengan pendirian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurut Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, penambahan istilah ini tidak terlepas dari nama kabinet itu sendiri, yaitu Indonesia Maju.
“Indonesia maju tidak akan tercapai kalau tidak ada inovasi. Inovasi harus dibuat inklusif, harus menjadi sesuatu yang mainstream di dalam kegiatan pembangunan ekonomi,” ucapnya dalam acara kuliah umum, Rabu (18/12) di Balai Senat UGM.
Pada kesempatan ini, ia memberikan paparan terkait strategi dan kebijakan Kemenristek/BRIN dalam pengembangan IPTEK dan inovasi. Indonesia, ujarnya, memiliki kelebihan di banding banyak negara di dunia dalam hal kekayaan sumber daya dengan variasi yang beragam.
Meski demikian, di tengah persaingan global yang semakin berat, kekayaan sumber daya hanya akan menjadi beban jika tidak dikelola dengan benar. Untuk menjadi negara maju, Indonesia menurutnya perlu berubah dari efficiency-driven economy menjadi innovation-driven economy.
“Semua sumber daya perlu ditingkatkan nilai tambahnya dengan IPTEK dan inovasi. Inovasilah yang membuat sebuah negara maju,” imbuh Bambang.
Ia mendorong para peneliti di perguruan tinggi untuk dapat terus mengembangkan riset-riset yang mampu menjawab kebutuhan industri serta masyarakat. Indonesia memerlukan iptek yang mampu memberikan dampak langsung berupa efisiensi sumber daya sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan menciptakan produk-produk baru yang kompetitif di pasar domestik dan global.
Agar para dosen yang memiliki potensi pada penelitian di bidang tertentu dapat fokus pada kegiatan riset, ia mengungkapkan bahwa akan ada jalur peneliti bagi dosen, sehingga mereka tetap bisa mendapatkan kedudukan yang semestinya.
“Banyak yang sebenarnya passion dan kapabilitasnya lebih bermanfaat di penelitian, tapi kalau terlalu sibuk di penelitian dan tidak mengajar tidak bisa naik pangkat. Meski status penelitian itu ada di lembaga dan kementerian, kita ingin kerja sama dengan Dikbud agar itu diperluas ke perguruan tinggi,” terangnya.
Industri manufaktur merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia karena banyak menyerap tenaga kerja dan mendatangkan investasi. Di sektor ini, iptek dan inovasi menjadi aspek yang krusial untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Meski demikian, saat ini belum banyak industri yang memberikan perhatian serius terhadap kegiatan riset dan pengembangan.
Di samping dukungan dari aspek kebijakan, ia mengungkapkan bahwa agar kultur riset dapat berkembang, perguruan tinggi juga perlu melakukan pendekatan serta edukasi kepada dunia bisnis dan industri untuk melihat riset sebagai aspek yang penting bagi penciptaan produk-produk yang unik dan inovatif serta pengembangan bisnis di masa mendatang.
Dengan pemahaman yang benar, maka industri akan terdorong untuk menyediakan dana khusus untuk kegiatan riset dan mendukung kegiatan penelitian di perguruan tinggi, dan di saat yang sama para peneliti di perguruan tinggi juga perlu melakukan riset yang relevan dengan kebutuhan pasar.
“Riset yang dilakukan jangan hanya berdasarkan selera peneliti, tapi sesuai dengan kebutuhan pasar, dan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Karena riset itu dari hulu sampai hilir, maka kolaborasi antar disiplin ilmu menjadi mutlak, tidak hanya opsi,” kata Bambang.
Selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk dapat menghasilkan produk inovasi yang bersaing di pasar diperlukan pula SDM yang menguasai iptek yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada proses trasformasi ekonomi Indonesia.
Dalam hal ini, Perguruan Tinggi sebagai lembaga penghasil SDM IPTEK harus mampu menghasilkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan industri di Indonesia, juga menghasilkan produk-produk inovatif berbasis riset.
“UGM sebagai universitas yang komprehensif dengan berbagai bidang studi mampu menghasilkan banyak produk riset yang berpotensi dihilirisasi menjadi produk komersial,” tutur Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, UGM melalui Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi berupaya mengoptimalkan sinergi riset dan inovasi dengan industri. Melalui direktorat ini, proses inkubasi, pengembangan usaha, dan akselerasi di UGM Science Techno Park terhadap berbagai hasil riset dan inovasi akademik dilakukan, dengan bekerja sama dengan industri. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)