![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2019/12/201219157680439953266789-766x510.jpg)
Mantan Wakil Presiden RI, Dr. (HC). Drs. HM Jusuf Kalla, mengungkapkan bahwa semua orang memiliki tanggung jawab kebangsaan untuk menjawab tantangan-tantangan dalam mewujudkan Indonesia maju.
Hal ini ia sampaikan dalam orasinya sebagai penerima Anugerah Hamengku Buwono IX yang diberikan dalam rangka Lustrum IX UGM, Kamis (19/12) di Pagelaran Keraton Yogyakarta.
“Masa demi masa beda tantangannya, beda solusinya, beda tanggung jawabnya. Semua punya tujuan yang sama memajukan bangsa dan semuanya punya tanggung jawab masing-masing,” ucapnya.
Dewasa ini, ujarnya, pengorbanan yang diperlukan jauh berbeda jika dibandingkan dengan pada masa perjuangan kemerdekaan. Pengorbanan yang diperlukan hari ini adalah pengorbanan intelektual, kepemimpinan, serta kerja keras.
Ia menambahkan, setiap warga negara mengemban tanggung jawab yang berbeda di dalam profesinya masing-masing dan sesuai dengan bidangnya, semua demi berkontribusi terhadap kepentingan bangsa.
Akademisi memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan generasi muda dan mengembangkan penelitian. Di tengah persaingan yang semakin ketat, para pendidik menurutnya memiliki tugas untuk memberi bekal bagi masa depan, dan perguruan tinggi secara khusus memiliki peranan yang penting dalam menjawab tantangan untuk meningkatkan produktivitas serta kemakmuran melalui peningkatan pendapatan masyarakat.
Untuk itu, kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan perlu dipikirkan secara matang karena akan memengaruhi pembentukan karakter bangsa hingga berrahun-tahun setelahnya.
“Tidak ada pendidikan yang instan. Apa pun kebijakannya, efeknya tidak bisa langsung diketahui besok, tapi lima tahun ke depan. Karena itu perlu dikaji, dan tanggung jawab kita memikirkan secara betul-betul suatu kebijakan,” paparnya.
Jusuf Kalla menerima anugerah penghargaan Hamengku Buwono (HB) IX dari UGM karena dinilai sebagai tokoh yang berjasa dalam bidang sosial kemasyarakatan dengan kiprahnya yang telah memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas berpikir dan kesejahteraan masyarakat serta berperan aktif bagi kemajuan, kemakmuran dan perdamaian umat manusia.
Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya memuji sosok Jusuf Kalla yang telah ia kenal secara pribadi sejak lama. Dalam kiprahnya sebagai seorang wakil presiden, ia dikenal sebagai pribadi yang sederhana namun dapat dengan cepat menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan.
“Saya sendiri mengenalnya sudah cukup lama sejak masa Bapak Soekamdani Gitosardjono sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia pada tahun 1982. Di masa itu, saya sudah punya kesan, bahwa beliau selain sebagai sosok ketua terkemuka dari luar Jawa, juga seorang pelobi yang ulung. Terbukti kemudian, setelah menjabat Wapres, menjadi Diplomat ulung dalam penyelesaian masalah Aceh dengan Gerakan Aceh Merdeka,” papar Sri Sultan.
Sosok Jusuf Kalla, imbuhnya, memiliki jasa luar biasa dalam perdamaian dan kemanusiaan. Pesona kepemimpinan JK pun tidak kunjung pudar pasca lengser sebagai pejabat birokrasi.
“Di usianya yang hampir 77 tahun, JK yang juga digelari The Next Muhammad Hatta ini, mengemban amanah kemanusiaan yang seakan dititipkan Bung Hatta, justru setelah lengser dari jabatan Wapres, dan JK berjanji tetap melanjutkannya. Saya menyambut baik dengan ucapan selamat disertai apresiasi yang tinggi atas diberikannya Anugerah Hamengku Buwono IX Tahun 2019 kepada Bapak Mohammad Jusuf Kalla,” ucapnya.
Anugerah yang diterima oleh Jusuf Kalla ini adalah penghargaan yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah memberikan kontribusi nyata kepada bangsa Indonesia dan meneruskan teladan dari Hamengku Buwono IX.
“Dalam pandangan kami Pak JK adalah sosok yang sangat layak untuk menerima anugerah ini, dan harapannya Pak JK terus bisa mengabdi bagi bangsa dan negara,” ucap Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)