
Keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berduka karena salah satu pengajar terbaiknya Prof. Dr. Sunarto, M.S (63 tahun) meninggal dunia pada hari Sabtu (4/1) pukul 09.45 WIB, di RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta. Almarhum Prof. Sunarto adalah Guru Besar pada Fakultas Geografi UGM.
Almarhum dimakamkan di peristirahatan terakhir di Makam Keluarga UGM, Sawitsari, pada Minggu, 5 Januari 2020. Sebelumnya, jenazah almarhum disemayamkan di Balairung UGM terlebih dahulu untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., mengatakan almarhum Prof. Sunarto adalah Gru Besar Fakultas Geografi UGM yang selama masa hidupnya telah banyak menyumbangkan pemikiran di bidang Geografi Fisik, khususnya Geomorfologi.
“Dalam upacara pengukuhan sebagai Guru Besar pada 2 April 2014, almarhum menyampaikan pidato berjudul ‘Geomorfologi dan Kontribusinya Dalam Pelestarian Pesisir Bergumuk Pasir Aeolian dari Ancaman Bencana Agrogenik dan Urbanogenik’,” kata Rektor di Balairung, Minggu (5/1) saat memimpin upacara pelepasan.
Dalam pidato tersebut, almarhum Prof. Sunarto menyatakan penghutanan pesisir pantai di kawasan Parangtritis berhasil menghijaukan kawasan yang semula gersang. Menurut almarhum kebijakan penghutanan pesisir di Kawasan Parangtritis bukanlah kebijakan yang 100 persen keliru.
“Meski begitu, keberhasilannya masih perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan persebaran keruangan, baik persebaran barkhan maupun persebaran keruangan pemukiman. Oleh karena itu, perlu penataan ruang hutan dan penataan ruang mukim di kawasan tersebut,” urai Panut.
Mengutip falsafah Jawa yang menarik dan pernah disampaikan Prof. Sunarto dalam pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana alam diperlukan pemahaman dalam satu kesatuan yaitu mengasah mengising (memiliki budi pekerti dan memahami etika lingkungan). Lainnya adalah mamayu hayuning jagat (mampu memelihara dan mempercantik semesta) dan memasuh malaning bumi (mampu mengurangi risiko bencana di Bumi).
“Falsafah ini saya rasa sangat relevan untuk terus diikuti dalam upaya-upaya melestarikan lingkungan kita,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, almarhum Prof. Sunarto aktif mengajar dan membimbing mahasiswa, melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Almarhum senantiasa aktif melakukan penelitian dan publikasi serta aktif menjadi pembicara dalam berbagai forum diskusi terkait menjaga kelestarian lingkungan, khususnya gumuk pasir, serta memberikan wawasan tentang mitigasi bencana.
“Perjuangan mantan Kepala Pusat Studi Bencana UGM inilah yang perlu kita teladani. Pada hakikatnya dalam melaksanakan tridarma tidak sekadar mengejar prestasi bagi diri sendiri dan institusi saja, namun ada kewajiban mengemban tugas dan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada di sekitar kita,” imbuh Rektor. (Humas UGM/ Agung; foto: Firsto)