• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Penanganan Klitih Bukan Hanya Tanggung Jawab Kepolisian

Penanganan Klitih Bukan Hanya Tanggung Jawab Kepolisian

  • 15 Januari 2020, 08:39 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 7463
Penanganan Klitih Bukan Hanya Tanggung Jawab Kepolisian

Masyarakat Yogyakarta kembali diresahkan dengan aksi sekelompok anak muda yang melakukan penyerangan terhadap individu dan perusakan tempat umum. Di samping memakan korban nyawa, tindakan yang sering disebut sebagai aksi klitih ini juga menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.

Sosiolog kriminalitas UGM, Suprapto, menuturkan ada persoalan yang mengkhawatirkan di balik aksi yang dilakukan anak-anak remaja ini. Untuk itu, penanganan klitih tidak bisa dibebankan pada pemerintah atau kepolisian karena upaya untuk memutus rentetan peristiwa ini harus dimulai dari tingkat keluarga dan komunitas.

“Penanganan perilaku klitih jangan dibebankan hanya pada pemerintah atau kepolisian. Tiap anggota masyarakat harus merasa bertanggung jawab untuk itu,” ucapnya.

Ia menjelaskan, istilah klitih sendiri telah mengalami pergeseran makna. Berdasarkan pengertiannya, klitih memiliki makna kegiatan mengisi waktu luang. Kata ini sebenarnya dapat diartikan secara positif sebagai berbagai macam kegiatan yang positif pula.

Namun, makna tersebut kemudian mengalami pergeseran ketika diadopsi oleh para remaja sebagai kegiatan mencari musuh.

“Itu artinya positif. Tetapi ketika klitih itu kemudian diadopsi oleh anak remaja, mereka menggeser makna itu, pertamanya keliling-keliling kota naik sepeda motor. Tetapi tidak sekadar keliling-keliling kota, lebih dimaknai sebagai kegiatan mencari musuh,” jelasnya.

Motif di balik aksi ini sendiri, menurutnya, cukup beragam. Sebelumnya, aksi ini dikaitkan dengan upaya untuk melakukan balas dendam. Namun, aksi klitih saat ini dilakukan seorang remaja untuk mencari musuh dan menunjukkan eksistensi atau untuk melampiaskan kekecewaan dalam kehidupan mereka.

Ia juga mengungkapkan bahwa ada indikasi aksi ini sengaja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dan akhirnya mendiskreditkan Jogja.

Ia menyebut bahwa lembaga sosial dasar, utamanya keluarga dan sekolah, perlu turut berpartisipasi mencegah perilaku klitih. Jika keluarga memenuhi fungsi sosialisasi budaya, nilai, dan norma serta fungsi perlindungan maka anak-anak ketika mendapatkan perlakuan tidak nyaman dari pihak lain akan datang pertama kali kepada keluarga.

“Keluarga adalah benteng yang kuat dan awal. Kalau anak sudah mendapat masukan norma dan nilai, saya kira dia tidak akan mudah untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti orang lain,” kata Suprapto.

Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan pergaulan dari anak-anak mereka karena seorang anak yang tidak dibekali dengan pengertian yang benar akan sangat mudah mengikuti perilaku orang yang ia kagumi atau kelompoknya.

Di samping itu, orang tua juga perlu memperhatikan keberadaan anaknya serta aktivitas yang mereka lakukan, untuk memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam aktivitas yang negatif.

“Peristiwa klitih kan biasanya terjadi pada dini hari. Kalau keluarga mencermati bahwa anak-anaknya tidak ada di rumah pada jam-jam tertentu, pantaulah, dan diajak pulang,” imbuhnya.

Di samping keluarga, lembaga pendidikan juga memegang peranan yang tidak kalah penting. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bisa memberikan alternatif kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luang para siswa. Meski demikian, kegiatan ini sebaiknya selesai di sekolah sehingga anak-anak tidak memiliki alasan untuk menghabiskan waktu di luar rumah selepas jam sekolah.

Menurutnya, perlu dibentuk sebuah kelompok kerja untuk menangani perilaku klitih yang bisa menampung anak-anak yang menjadi korban untuk melapor dan meminta perlindungan.

“Jika keluarga ini tidak mampu untuk melakukannya maka Pokja ini bisa membantu karena selalu alasannya balas dendam karena anggota dilukai. Maka mari laporkan saja dan diselesaikan secara hukum sehingga lingkaran setan itu bisa diputus,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)

Berita Terkait

  • FIB UGM Gelar Deklarasi Anti Klitih

    Monday,29 October 2018 - 13:35
  • Klitih, Pencegahannya Dimulai dari Keluarga

    Thursday,13 January 2022 - 16:18
  • Aspek Negatif Cenderung Berdampak pada Legitimasi Organisasional Perusahaan

    Wednesday,23 October 2019 - 15:49
  • UGM Akan Menggelar Sarasehan Perilaku Klitih dan Kedamaian Yogyakarta

    Monday,16 March 2020 - 16:34
  • Mahasiswa UGM Hilirisasi Pengolahan Sampah di Lereng Merapi

    Wednesday,23 November 2022 - 13:59

Rilis Berita

  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria
  • Rektor UGM: Hari Lahir Pancasila Jadi Momentum Refleksikan Nilai Luhur Pancasila 01 June 2023
    UGM melaksanakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6) di halaman Balairung UGM. U
    Ika
  • Berharap Pemilu Aman Tanpa Residu Polarisasi dan Konflik Sosial 31 May 2023
    Keinginan presiden memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan
    Agung
  • UGM Jalin Kerja Sama Pengembangan Riset dengan Africasia Investment and Resources 31 May 2023
    Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Ignatius
    Gloria
  • Lustrum ke-12, Menuju Geografi Inovatif di Era Society 5.0 30 May 2023
    Tahun 2023, Fakultas Geografi UGM berusia 60 tahun. Sebuah waktu yang singkat untuk ukuran umur b
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual