Kasih tak bersyarat, kasih tanpa batas. Jawaban Allah terhadap segala kejahatan manusia adalah kasih. Oleh karena itu, jawaban Yesus terhadap mereka yang mengancam dan akan membunuhnya adalah kasih, seperti terungkap dalam doa martir Kristiani pertama, Stefanus, pada saat ia dirajam atas perintah Sanhedrid Yahudi: “Ya Tuhan, jangan lah tanggungkan dosa ini kepada mereka” (Kis. 7:50).
“Dengan Yesus kerajaan Allah masuk kembali ke dalam dunia. Kerajaan Allah itu bukan sebuah sistem politik, bukan sebuah struktur kekuasaan, melainkan kekuatan Roh Allah yang masuk ke hati manusia,” ungkap Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ saat menyampaikan khotbah Natalan Bersama Keluarga Kristiani Universitas Gadjah Mada, di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur, Rabu (15/1).
Romo Magnis menuturkan umat Kristiani tidak dipanggil untuk menjadi salah satu sekte yang mencari penganut. Tetapi ia dipanggil untuk menjadi saksi kerajaan Allah dan itu berarti saksi kasih Ilahi.
Padahal, manusia sendiri adalah sosok yang lemah dan berdosa serta tidak ada yang bisa dibanggakan. Oleh karena itu, manusia sendiri perlu ditebus terus-menerus.
“Kita tidak menganggap diri kita lebih baik dari manusia lain. Kita tidak menganggap diri kita bisa menggurui umat manusia lain. Melainkan dengan rendah hati, dalam segala kelemahan, kita berusaha menjadi saksi kasih Ilahi. Agar orang yang bertemu dengan kita merasakan kasih Ilahi,” tuturnya.
Menurutnya, Roh Allah tidak terbatas pada umat Kristiani, tetapi segala yang baik di seluruh dunia dikerjakan oleh Roh Allah. Maka umat pun dengan gembira bisa belajar, bisa didukung dalam kebaikan, oleh kebaikan, oleh kerahiman, oleh kasih dalam saudara dan saudari umat-umat lain.
Panggilan bukan suatu one-way-traffic dan semua bisa bersyukur kalau bisa menjadi bagian pendukung segala kebaikan. Selalu merasa bersyukur karena didukung oleh kebaikan yang ada di mana-mana.
“Maka kita tidak berkecil hati kalau berhadapan dengan kecurigaan, ketertutupan, maupun kebencian. Kalau kita, misalnya, mengalami intoleransi maka kita tidak menjawab dengan menjadi marah, tersinggung, benci. Melainkan dengan kebaikan hati,” ucapnya.
Perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 Keluarga Kristiani Universitas Gadjah Mada diawali dengan ibadat. Selain penampilan musik oleh mahasiswa perayaan diramaikan pula dengan penampilan pelawak Dalijo.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng., merasa bersyukur karena rangkaian perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 secara nasional berjalan dengan baik dan lancar. Ia sangat berharap kebersamaan, kerukunan, keguyuban dan toleransi antar umat beragama di Indonesia semakin kuat dan memperkokoh persatuan bangsa Indonesia yang sangat beragam.
“Kita bersyukur dengan perayaan Natal dan Perayaan Tahun Baru 2020 sebagai bangsa kita harus terus berusaha agar gerak dan perjalanan bangsa ini kedepan bisa lebih cepat lagi. Tentu dengan toleransi, pemahaman keberagaman yang terus menerus kita usahakan bisa menjadikan kita semakin saling menghargai. Bisa mencari lebih banyak persamaan-persamaan yang secara kultur kita miliki daripada mengungkap perbedaan-perbedaan yang ada,” katanya.
Rektor menilai bangsa yang bisa maju lebih cepat adalah bangsa yang bisa bersatu di antara komponen-komponen yang ada. Antara komponen-komponen tersebut bisa saling bersinergi untuk mencapai kemajuan bersama.
“Sekali lagi kami merasa senang dan bangga. Alhamdullilah di UGM ini kita bisa saling menghargai, kemudian saling bekerja sama antar segala warga UGM dan secara bersama-sama telah mencapai kemajuan-kemajuan yang sangat berarti,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)