Dalam pandangan Rakib Sahubawa, pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan laut di Propinsi Maluku yang terkait struktur usaha perikanan tangkap dinilai belum optimal. Struktur usaha perikanan tangkap di daerah ini, 90,96% masih didominasi usaha perikanan secara tradisional dan 9,31% usaha perikanan modern.
Tidak hanya terbatas pada skala usaha perikanan tangkap, namun juga pada tingkat penggunaan teknologi, derajat intensitas modal, penggunaan tenaga kerja dan kepemilikan usaha. “Usaha skala besar yang dilengkapi dengan peralatan penangkapan modern dapat melakukan penangkapan sepanjang tahun baik pada musim tenang maupun pada musim gelombang sehingga mencapai hasil produksi dan produktivitas yang lebih tinggiâ€, ujar staf BAPPEDA Provinsi Maluku.
Demikian pendapat Rakib Sahubawa SPsi MSi saat mempertahankan desertasi berjudul “skala Ekonomi, Keterkaitan Usaha, Dan Ekspor Sentra Usaha Perikanan Tangkap di Provinsi Malukuâ€, hari Selasa, (22/8), di ruang seminar sekolah Pascasarjana UGM.
Bertindak selaku promotor Prof Dr Ir Kamiso HN MSc dan ko-promotor Prof Dr Ir Sri Widodo MSc serta Prof Dr Ir Irham MSc. Promovendus lahir di Pelauw 29 september 1971, menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Pengolahan Hasil-Hasil Perikanan tahun 1995 dari Unpatti Ambon dan S2 Magister Ekonomika Pembangunan UGM, Konsentrasi Pembangunan Daerah tahun 2000. Dalam ujiannya, Rakib Sahubawa berhasil meraih predikat cumlaude dalam bidang ilmu ekonomi pertanian, sekaligus menjadi doktor ke-746 yang diluluskan UGM.
Hasil pengamatan Rakib Sahubawa terhadap usaha perikanan di Provinsi Maluku menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif dimiliki oleh sentrra pola Satellite Flat Form, yang meliputi Kecamatan Sirimau, Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan PP Aru. Hal ini ditandai dengan produktivitas, derajat integrasi usaha, posisi dan potensi pertumbuhan serta ekspor yang tinggi.
Selain itu, dalam penelitiannya ditemukan bahwa meskipun usaha perikanan tangkap pola Hub and Spoke tidak memiliki keunggulan kompetitif, namun menunjukkan peningkatan kerjasama horisontal dan vertikal. “Kerjasama horisontal dan vertikal ini merupakan beberapa bentuk colletive efficiency yang dinamakan sebagai keunggulan bersaingâ€, ujar Rakib Sahubawa mengutip pendapat Schmitz dan Nadvi (2000). (Humas UGM).