Penyakit lincat merupakan salah satu penyakit yang menyerang tanaman tembakau pada lahan tegal di ketinggian 800-1100 m dpl. Akibat penyakit ini, produktivitas tanaman tembakau mengalami penurunan sampai 60%.
Menurut Ir Heru Adi Djatmiko MP, terdapat dua penyebab penyakit lincat, yaitu Ralstonia solanacearum ras 1 biovar 3 dan Meloidogyne incognita ras 2. Hingga saat ini belum ditemukan formula tepat pengendalian hayati secara efektif mengatasi penyakit tersebut.
Kata dia, pengendalian hayati dengan memanfaatkan kombinasi antagonis menjadi pilihan untuk mengatasi masalah tersebut. Cara ini pernah dilakukan terhadap busuk akar pada gandum dengan menggunakan dua sampai empat strain pseudomonad fluoresen.
Demikian pernyataan staf pengajar Fakultas Pertanian UNSOED saat mempertahankan desertasi berjudul “Studi Pengendalian Hayati Penyakit Lincat Tembakau Dengan Menggunakan Kombinasi Pseudomonad Fluoresen, Bacillus spp., Dan Streptomyces sppâ€, Kamis, (24/8) di ruang seminar sekolah pascasarjana UGM.
“Banyak keuntungan menggunakan kombinasi antagonis, diantaranya mampu meningkatkan kesesuaian terhadap lingkungan, kultivar, patogen ganda dan mempunyai mekanisme pengendalian lebih dari satuâ€, ujar alumnus S2 UGM tahun 1996.
Selain mampu memberi informasi pada masyarakat tentang manfaat penggunaan kombinasi bakteri antagonis pseudomonad fluoresen, Bacillus spp., dan Streptomyces spp dalam menekan penyakit lincat, hasil penelitian Heru Adi Djatmiko memberikan rekomendasi dalam mengatasi permasalahan tembakau dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tembakau.
“Cara tersebut tidak berdampak pada lingkungan, serta lebih menonjolkan aspek pengelolaan lingkungan yang berkelanjutanâ€, tandas pria kelahiran Semarang 8 Nopember 1960.
Setelah mempertahankan desertasinya tersebut, Heru Djatmiko akhirnya dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude bidang ilmu pertanian (fitopatologi), sekaligus menjadi doktor ke-748 yang diluluskan UGM. Bertindak selaku promotor Dr Ir Triwidodo Arwiyanto MSc dan ko-promotor Prof Dr Ir Bambang Hadisutrisno DAA serta Dr Ir Bambang Hendro Sunarminto SU (Humas UGM).