Presiden Singapura, Halimah Yacob, mengunjungi UGM, Kamis (6/2) sebagai bagian dari kunjungan ke negaraan selama dua hari di Yogyakarta. Di UGM, ia mengikuti sesi dialog bertajuk “Singapore and Indonesia: Strengthening Bridges and Progressing Together” yang dihadiri puluhan mahasiswa UGM dari berbagai fakultas.
Halimah menyatakan bahwa Indonesia dan Singapura memiliki hubungan baik yang telah terjalin sejak lama. Hubungan ini, menurutnya, perlu terus dipertahankan hingga tahun-tahun ke depan untuk menghadapi beragam tantangan bersama.
“Sudah banyak hal yang dicapai melalui kerja sama selama ini. Saya mendorong kalian untuk melanjutkan hal ini di tahun-tahun mendatang demi keuntungan bersama jangka panjang,” ucapnya.
Di awal diskusi, ia memaparkan berbagai kolaborasi yang telah dilakukan Singapura dengan pemerintah ataupun lembaga lainnya di Indonesia yang menurutnya telah menunjukkan hasil yang sangat positif.
Salah satu area yang menurutnya perlu dieksplor lebih lanjut untuk kerja sama di masa mendatang adalah ekonomi digital. Sebagai generasi yang melek teknologi, para mahasiswa menurutnya memiliki kesempatan yang besar unuk memanfaatkan teknologi untuk kemajuan di berbagai bidang.
Ia mengharapkan akan ada kerja sama yang lebih khusus di bidang teknologi finansial, e-commerce, artificial intelligence, serta layanan big data.
“Ada sinergi yang natural dan banyak area di mana kita bisa saling belajar dari satu sama lain. Saya percaya kerja sama antara Singapura dan Indonesia bersifat win-win dan kita bisa sama-sama mendapatkan keuntungan darinya,” kata Halimah.
Pada kesempatan ini, ia juga merespons berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa terkait hubungan Indonesia dan Singapura maupun hal-hal positif dari Singapura yang dapat dijadikan contoh bagi Indonesia. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah terkait upaya Singapura dalam mewujudkan perdamaian di tengah masyarakat yang sangat beragam.
Halimah memaparkan bahwa persatuan diperoleh melalui proses yang panjang dan sulit. Salah satu pendukung dalam proses tersebut menurutnya adalah keberadaan platform berupa organisasi lintas agama dan lintas ras, baik di tingkat nasional maupun dalam lingkup yang lebih kecil.
Perdamaian, ujarnya, bisa dipupuk ketika setiap individu yang berbeda bisa menyadari suatu kepentingan bersama yang mereka miliki dan mau berupaya untuk mencapai hal tersebut.
“Jangan fokus pada perbedaan atau konflik, tapi fokuslah pada persamaan. Kita sama-sama umat manusia, sama-sama membutuhkan pendidikan, pekerjaan dan lainnya, dan itu tidak mungkin bisa didapatkan tanpa adanya perdamaian,” paparnya.
Dalam kunjungan ini, Halimah didampingi oleh Minister for Culture, Community and Youth, Grace Fu, Minister of State/ Ministry of Manpower Sam Tan, Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Nayar, dan Anggota Parlemen Jessica Tan Soon Neo.
Kunjungan ini sendiri bertujuan untuk mempererat hubungan antara kedua negara, khususnya di bidang pendidikan dan budaya.
Dalam sambutannya, Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, IPU, ASEAN Eng., menuturkan bahwa UGM memiliki hubungan yang erat dengan universitas-universitas di Singapura, khususnya dengan National University of Singapore, (NUS), Nanyang Technological University (NTU), dan Singapore Management University (SMU).
Kerja sama yang telah terjalin ini meliputi pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, program summer course, entrepreneurship bagi mahasiswa, serta program leadership training.
“Kolaborasi antara UGM dan institusi di Singapura telah menjadi tradisi yang panjang. Di UGM, kami memiliki sekitar 30 pengajar yang lulus dari Singapura dan kami sangat bangga terhadap mereka,” kata Rektor.
Ia juga mengungkapkan bahwa mahasiswa dari Indonesia dan Singapura harus menyadari perkembangan di tingkat regional yang cukup menjanjikan dan membutuhkan perhatian.
Sebagai negara yang diikat dengan kedekatan geografis, Indonesia dan Singapura ditakdirkan untuk bekerja bersama dan memastikan bahwa generasi muda kedua negara dapat menjalankan peran mereka sebagai calon pemimpin di tingkat global.
“Sama seperti anak muda Indonesia harus memahami Singapura, generasi muda di Singapura tidak bisa mengabaikan Indonesia. Jadi, mari kita bekerja bersama dan fokus pada kemungkinan kolaborasi dan solusi untuk berkembang bersama,” paparnya. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)