Universitas Gadjah Mada memulai pembangunan pengembangan agrowisata Pagilaran di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang melibatkan PT Pagilaran sebagai salah satu unit usaha di bawah naungan UGM dan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar perkebunan teh. Peresmian pembangunan agrowisata ini ditandai dengan peletakan batu bertama yang dilakukan oleh Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo, Direktur Pagilaran, Rahmat Gunadi, dan Bupati Batang, Wihaji.
Rencananya dalam pengembangan agrowisata teh ini akan dilakukan pembangunan fisik yakni pembuatan amphiteater yang bisa menampung 1.000 orang sekaligus. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembangunan 15 cottage standar hotel bintang 4, 15 spot glamour camping, cafe premium di puncak bukit kupel, rumah teh. Dalam waktu dekat segera dibangun pembangunan sentra kuliner, lahan parkir dan amphiteater. Pengerjaan proyek pembangunan fisik ditargetkan selesai hingga pertengahan 2021.
Hargo Utomo mengatakan pengembangan agrowisata ini sebagai salah satu bentuk inovasi yang dilakukan oleh Pagilaran dalam memaksimalkan potensi perkebunan teh tidak hanya tumbuh sebagai industri berbasis teknologi, namun juga sebagai lokasi tujuan wisata yang akan datang. Meski begitu, Pagilaran tetap berkomitmen dalam meningkatkan ekspor produksi teh nasional. “Pengembangan agrowisata ini sebagai wujud dari komitmen UGM dalam mengimplementasi Tridarma perguruan tinggi, kita ingin industri ini tumbuh dan berkembang bersama masyarakat,” kata Hargo, Jumat (7/2) di Perkebunan teh Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.
Hargo menuturkan Pagilaran sebagai salah industri perkebunan teh nasional selain bisa tumbuh secara efisien, meningkatkan produktivitas, dan mengimplementasikan inovasi berbasis teknologi. Namun, konsekuensi dalam usaha meningkatkan produktivitas dan inovasi tersebut mau tidak mau akan mengurangi penggunaan tenaga SDM sehingga perlu dilakukan inovasi baru agar tenaga manusia tidak tergantikan oleh mesin teknologi. “Kita membentuk inovasi kelembagaan baru, badan usaha milik rakyat bersama Pagilaran mewadahi penggunaan SDM bidang lain menopang industri perkebunan khususnya di bidang pariwisata dengan nuansa edukasi, hiburan dan keberlanjutan pada lingkungan,” katanya.
Direktur PT Pagilaran, Rahmad Gunadi, mengatakan PT Pagilaran bersama dengan masyarakat akan mengelola agrowisata perkebunan teh untuk menopang keberadaan masyarakat lokal dan SDM yang selama ini bekerja di bawah naungan industri perkebunan teh yang memiliki lahan seluas 1.113 hektare ini. “Dengan penambahan teknologi untuk meningkatkan produktivitas tentu serapan tenaga kerja akan berkurang. Apa hebatnya Pagilaran jika tidak bisa merekrut orang banyak. Oleh karena itu, akan mengelola agrowisata Pagilaran dengan masyarakat,” katanya.
Untuk menopang pengembangan agrowisata ini, menurutnya, selain melibatkan masyarakat lewat koperasi dan pengelola wisata, PT Pagilaran juga mengharapkan dukungan dari pemerintah dalam bidang infrastruktur terutama perbaikan akses jalan dan jembatan dari Pemkab Batang.
Bupati Batang mengatakan pihaknya mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh PT Pagilaran yang akan mengembangkan perkebunan teh sebagai tujuan destinasi wisata baru di daerah Batang. “Jika ini serius, kita akan bangun jembatan dan jalan tapi promosi wisata harus luar biasa. Yang paling penting ada manfaat langsung dari masyarakat,” katanya.
Wihaji menambahkan kepada PT Pagilaran yang memiliki lahan lebih dari 1.000 hektare ini, ia meminta lahan minimal seluas 10 hektare saja yang digunakan untuk pengembangan agrowisata. “Ini kekuatan yang luar biasa apabila dikelola untuk agrowisata,” katanya.
Ia mengharapkan usaha dalam proyek pengembangan agrowisata ini akan menumbuhkan PT Pagilaran sebagai industri perkebunan yang terus maju dan berkembang bersama masyarakat. “Jika tumbuh maka warga akan tambah ekonominya,” ujarnya.
Peluncuran pengembangan agrowisata baru di Pagilaran ini selain dilakukan peletakan batu pertama juga ditandai dengan penanaman teh dan pohon pelindung di area sekitar perkebunan teh sebagai komitmen PT Pagilaran dalam merehabilitasi kebun teh. (Humas UGM/Gusti Grehenson)