Magister Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah Pascasarjana, Program Studi Teknik Sipil UGM bekerjasama dengan Pusat Studi Ilmu Teknik UGM menggelar seminar dan simposium internasional bertema “Eartquake Engineering And Infrastructure & Building Retrofittingâ€, Senin, (28/8), di Hotel Santika, Yogyakarta. Kegiatan yang didukung JICA, HATHI, HAKI, POSYANIS dan Kimpraswil DIY, merupakan kegiatan ketika penaganan gempa memasuki masa awal rekontruksi dan recovery. Karenanya, dari kegiatan ini diharapkan mampu mempertemukan para ahli di bidangnya, guna memberikan masukan kepada pemerintah daerah dan masyarakat pada proses recovery yang sedang berlangsung.
“ Jadi judul ertquake engineering merupakan rekayasa gempa yang sesungguhnya setiap tahun kita adakan. Seperti engineering seminar, kami di Pusat Studi Ilmu Teknik rutin mengadakan. Seminar ini biasanya skopnya nasional, tapi kali ini dicoba secara internasional karena interest masyarakat dunia sedang tertuju ke Jogjaâ€, ujar Dr Nizam selaku panitia seminar dan simposium.
Kata Pak Nizam, dalam acara dibahas pula tentang building retrofitting, yaitu perbaikan sarana dan prasarana rumah-rumah akibat gempa. Karena saat terjadi gempa terdapat rumah-rumah yang tidak ambruk. Rumah-rumah ini dinilai, tidak aman untuk di huni.
“Mungkin pas kelewatan gempa tidak ambruk. Sehingga hasil-hasil dari ini akan kita sosialiasikan pada masyarakat dan Pemdaâ€, tambah dosen Jurusan Teknik Sipil FT UGM.
Lebih lanjut, kata Nizam, saat ini UGM mengembangkan apa yang disebut RANTAS CEPAT, berupa rumah tahan gempa sistim cetak di tempat. Rumah yang dikembangkan di daerah gempa (27/5) ini, merupakan rumah cepat yang relatif murah.
“Rumah yang memanfaatkan limbah-limbah setempat, yang dicetak menjadi rumah ini tidak perlu lagi membuang limbah reruntuhan, tak perlu mendatangkan bata baru atau material baruâ€, lanjut Nizam.
Dalam hitungan Pak Nizam, selama masih tersisa material reruntuhan, maka harga rumah Rantas Cepat ini jauh lebih murah. Karena rumah cetak ini tinggal menambah semen dan tulangan.
“Tidak perlu di lepo, karena dinding rumah cetak ini sudah licin, rapi, tinggal di cat sajaâ€, ungkap Pak Nizam.
Dalam pembangunan rumah cetak ini, kata Pak Nizam, UGM sesungguhnya hanya mengembangkan sistim, sementara pengerjaannya dilakukan masyarakat. Pilot project rumah cetak sendiri akan dilaksanakan pada hari selasa dan rabu (29-30/8) di desa Kasongan Bantul.
“Disitu akan dipertunjukkan jika masyarakat bisa membangun rumahnya sendiri. Tanpa perlu tukang batu, tukang kayu. Semua bisa bergotong royong, anak kecil pun bisa membantu mbangun rumahnya sendiriâ€, tandas Pak Nizam.
Alat hasil kerja sama Pak Nizam, Dr Iman Setyarno dan Suharto pengusaha sekaligus ahli mesin ini, sudah dilengkapi dengan alat menyiku dan membuat dinding tegak. Demikian juga alat penggiling limbah.
“Dengan alat ini masyarakat bisa melihat dulu, satu rumah berdiri. Sementara dari kita menjaga kualitas campurannyaâ€, tambah Pak Nizam (Humas UGM).